30 Oktober 2010

Lukisan Kura-kura di Atas Pagar

Di dalam buku “Perjalanan Sukses”, John Maxwell menyampaikan terima kasih dan penghargaannya kepada orang-orang yang sangat berpengaruh mengangkat hidupnya menjadi pemimpin dari para pemimpin di kelas internasional.

Orang-orang yeng berpengaruh itu adalah Margaret Maxwell (istrinya), Dick Peterson, Dave Sutherland, Dan Reiland, Stan Toler, dan Linda Egger.

Penghargaan ini diberikan karena pemimpin sekaliber John Maxwell menyadari bahwa tanpa campur tangan orang-orang berkualitas di sekitarnya, dia tidak akan bisa mencapai pengaruh kepemimpinan yang sangat luas.

Kita tidak perlu sombong atau berbangga diri ketika telah sampai pada suatu tingkat kesuksesan. Entah itu sukses dalam bidang pendidikan, peningkatan karier, atau kemajuan bisnis.

Ingatlah bahwa selain karena faktor keuletan, kecerdikan, dan kerja keras, kita tidak akan berhasil tanpa pertolongan Tuhan serta dukungan orang-orang di sekitar kita.

Entah itu istri/suami atau orangtua yang selalu menyemangati dan mendoakan kita; entah itu bawahan yang siap sedia membantu kita; atau rekan kerja yang setia mendampingi kita. Ingatlah bahwa kita tidak akan berada di posisi atas tanpa pertolongan mereka.

Lukisan seekor kura-kura yang berada di atas pagar yang cukup tinggi menjadi pengingat bagi Alex Haley untuk tidak berbangga diri atas keberhasilan yang sudah dicapainya.

Dalam keberhasilan yang sudah dicapainya, Alex memang layak untuk berbangga diri, namun ketika kebanggaan itu mulai meninggi maka Alex akan memandang lukisan di dinding kantornya, yang seolah berkata, “Jika anda melihat seekor kura-kura di atas pagar, anda akan tahu bahwa ia dapat naik ke sana karena mendapat pertolongan dari seseorang.”

Seberapa besar kesuksesan yang telah kita raih saat ini? Ketika sudah sukses, ingatlah Tuhan dan jasa-jasa orang lain yang sudah membuat kita sampai di atas pagar.

-----

Kata-kata bijak:
Orang sukses yang bijak selalu mengingat pribadi-pribadi yang meletakkannya sebagai kura-kura di atas pagar.

* * *

Sumber: Manna Sorgawi, 30 Oktober 2010 (dipersingkat dan diedit seperlunya)

Judul asli: Kura-kura di Atas Pagar

Di-online-kan oleh Paulus Herlambang.

==========

25 September 2010

Jangan Lagi Menghakimi

Mawar adalah seorang wanita muda berusia 20 tahun. Dengan penampilan seperti umumnya ABG (anak baru gede), orang tidak akan menyangka bahwa Mawar adalah ibu dari seorang anak laki-laki berusia 5 tahun.

Ketika masih belia, yaitu pada usia 15 tahun, Mawar mempunyai teman pria yang tak lain adalah teman sekolahnya di SMP. Kedekatannya dengan pria yang juga masih remaja tersebut akhirnya membuahkan kehamilan.

Karena alasan usia yang masih muda, keluarga pria tidak mengizinkan anaknya menikahi Mawar. Sejak saat itu, Mawar harus berjuang dengan perasaan yang bercampur aduk: menyesal, kecewa, malu, dan merasa ditinggalkan.

Orangtuanya berusaha membangun kepercayaan dirinya untuk bangkit dari keterpurukan masa lalu, memperbaiki hidupnya, tetap menapaki hari-harinya, dan terutama memelihara janin dalam rahimnya.

Seiring berjalannya waktu, Mawar pun mampu melalui hari-harinya dengan harapan-harapan yang baru. Meskipun usianya masih muda, ia berusaha membesarkan anaknya dengan kasih sayang, dan ia juga mulai mendekatkan diri kepada Tuhan.

Tapi tidak sedikit orang yang selalu memandangnya secara negatif. Mereka hanya terpaku pada kegagalannya dulu, mereka menilainya tidak lebih dari seorang wanita yang hamil di luar nikah.

Mawar merupakan contoh dari sekian banyak wanita yang pernah mengalami kegagalan di masa lalu. Bagaimana cara kita memandang orang-orang seperti ini atau mereka yang terpaksa melahirkan anak karena diperkosa?

Mengapa kita tidak bisa memandang mereka sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan? Pernahkah kita berpikir bahwa perjuangan mereka membesarkan anaknya sebagai orangtua tunggal (single parent) adalah sesuatu yang patut dihargai?

Terkadang kita lebih pandai menilai orang lain kemudian menghakimi mereka, daripada menilai diri sendiri lalu mengubah kelemahan kita. Kita lebih cenderung menganggap diri sempurna dan orang lain yang salah.

Seorang rabi Yahudi yang terkenal bernama Hillel mengatakan, “Jangan menilai atau menghakimi orang lain sebelum engkau sendiri mengalami keadaan atau situasi orang tersebut.”

Kita tidak bisa memahami sepenuhnya situasi yang sedang dihadapi seseorang: masa lalunya, orangtuanya, keadaan keuangan, atau masalah hidup lainnya yang sedang ia hadapi. Karena itulah, jangan mudah menghakimi.

Apakah maksud kalimat yang mengatakan bahwa kita harus mengeluarkan dahulu balok yang ada di mata kita, barulah mengeluarkan selumbar di mata sesama? Perkataan ini menjelaskan bahwa selama seseorang masih memiliki kelemahan, janganlah ia menghakimi sesamanya.

Kalimat tersebut berarti bahwa tidak seorang pun patut menghakimi sesamanya, karena semua orang tidak luput dari kesalahan. Tuhan sajalah yang sempurna dan Dialah yang layak menghakimi.

Mulai sekarang, jangan lagi menilai dan menghakimi sesama. Sebaliknya, benahilah kehidupan masing-masing dan buanglah dosa serta kelemahan yang ada.

-----

Kata-kata bijak:
Anda boleh menghakimi sesama jika anda tidak pernah melakukan kesalahan.

* * *

Sumber: Manna Sorgawi, 25 September 2010 (diedit seperlunya)

Di-online-kan oleh Paulus Herlambang dengan izin tertulis.

==========

23 September 2010

Kartu Kuning dan Merah

Ketika itu pertandingan perempat final antara Inggris melawan Argentina dalam Piala Dunia tahun 1966.

Wasit dari Jerman, yakni Rudolf Kreitlein memutuskan mengeluarkan kapten kesebelasan Argentina, Antonio Rattin, karena melanggar peraturan. Tetapi Rattin tidak paham dengan maksud wasit tersebut dan tidak segera meninggalkan lapangan.

Ken Aston, seorang hakim garis dari Inggris lalu masuk lapangan. Dengan sedikit kemampuan berbahasa Spanyol, dia memberi tahu Rattin agar meninggalkan lapangan karena wasit memutuskan seperti itu. Wasit mengalami kesulitan karena hanya tahu bahasa Jerman dan Inggris, dan tidak tahu bahasa Spanyol.

Setelah peristiwa itu, Ken Aston lalu berpikir bagaimana caranya agar dapat mengatasi kendala komunikasi seperti yang dialaminya.

Suatu saat, ketika melihat lampu pengatur lalu lintas (traffic light) di perempatan, timbul ide dalam dirinya: baik juga kalau wasit dibekali dengan dua buah kartu ketika memimpin pertandingan, kuning dan merah. Kartu kuning untuk sanksi atas pelanggaran ringan dan kartu merah untuk sanksi pelanggaran berat dan pemain harus keluar dari lapangan. Ide itu diterima oleh FIFA.

Pada Piala Dunia tahun 1970, kartu kuning dan merah untuk pertama kalinya digunakan. Ide ini lalu diadopsi oleh cabang olahraga hoki. Bahkan, cabang olahraga ini memakai tiga kartu seperti traffic light. Hijau untuk peringatan, kuning untuk mengeluarkan pemain sementara waktu, dan merah untuk mengusir pemain secara permanen.

Ada tiga pelajaran penting dari sejarah penemuan kartu kuning dan merah ini, yaitu:

Pertama, setiap kesulitan seharusnya “memancing” seseorang untuk berpikir.
Tuhan menciptakan pikiran di dalam diri manusia agar manusia mampu menciptakan peluang-peluang dalam setiap keadaan, termasuk dalam situasi yang sulit.

Janganlah kita cepat putus asa ketika menghadapi kesulitan, tetapi tenanglah dan berpikirlah. Hambatan sering kali berarti bahwa kita harus berpikir lebih keras, lebih baik, dan lebih kreatif.

Kedua, ide untuk mendapatkan jalan keluar biasanya ada di sekitar kita.
Biasanya hal-hal kecil dan sederhana di sekitar kita, kurang kita perhatikan. Padahal, Tuhan dapat memakai hal-hal tersebut untuk memberikan ide kepada kita sehingga kita bisa mendapatkan jalan keluar untuk setiap masalah yang kita hadapi.

Sebagai contoh, raja Hizkia yang hidup pada zaman dahulu disembuhkan dari penyakit bisul bernanah-nya hanya dengan sebuah kue ara. Buah ara memiliki banyak khasiat, di antaranya mengandung unsur “benzaldehyde” dan “coumarins” yang menjadi bahan anti kanker dan tumor.

Di samping itu, benzaldehyde juga untuk merawat kulit. Tentu kita percaya bahwa dalam kasus raja Hizkia, campur tangan Tuhan yang ajaib juga terjadi.

Ketiga, apa yang kita hasilkan dari “pemerasan” otak kita, pasti berguna bagi sesama.
Mari kita mulai mewujudkan apa yang sudah kita pikirkan, jangan ditunda-tunda. Cepat atau lambat, karya kita akan menjadi berkat bagi orang lain.

-----

Doa:
Tuhan, aku yakin bahwa setiap kendala pasti ada jalan keluarnya. Mampukan aku memakai pikiranku semaksimal mungkin untuk menemukan ide baru. Amin.

Kata-kata bijak:
Tuhan akan menolong kita ketika kita mau berpikir dan mewujudkan apa yang kita pikirkan.

* * *

Sumber: Manna Sorgawi, 23 September 2010 (diedit seperlunya)

Judul asli: Traffic Light dan Kartu Kuning-Merah

Di-online-kan oleh Paulus Herlambang.

==========

21 September 2010

Menjadi Penyemangat

Sukarsih adalah seorang gadis sederhana yang mempunyai bakat menyanyi. Oleh orangtuanya, ia dititipkan di rumah kakaknya yang tinggal di sebuah kota, yang kebetulan adalah seorang pemusik.

“Ah, pasti Sukarsih akan menjadi penyanyi terkenal,” kata ayahnya di dalam hati. Tetapi lama ditunggu, Sukarsih belum muncul juga sebagai penyanyi terkenal.

“Ya sudahlah, mungkin itu bukan nasibnya,” kata sang ayah. Dia pun bermaksud menjemput Sukarsih pulang ke desa. Tetapi oleh kakaknya yang lain, Sukarsih malah ditahan dan diminta tinggal di rumahnya.

Kakaknya ini adalah seorang tukang bangunan. Namun apa yang terjadi? Setelah beberapa bulan Sukarsih sudah tampil di panggung-panggung hiburan dan menyanyi di sana. Bahkan sudah ada seorang produser yang mengajaknya untuk rekaman. Tentu saja ini membuat sang ayah heran.

Ketika Sukarsih pulang ke desa, sang ayah bertanya kepada Sukarsih dan ia pun menjawab, “Waktu di rumah kakak yang pemusik, saya tertekan karena selalu disalahkan. Dia tidak pernah mendengarkan saya. Memang dia pintar musik, mengerti nada, tetapi tidak mengerti perasaan saya.”

“Kakak yang tukang bangunan memang tidak tahu apa-apa tentang musik, tapi dia mendorong saya untuk berani menyanyi di depan orang lain. Sampai suatu ketika, seorang teman kakak yang sengaja didatangkan ke rumah mendengar suara saya. Dialah yang membawa saya untuk menyanyi dari panggung ke panggung. Sekarang saya sedang menunggu waktu untuk rekaman.”

Maju tidaknya seseorang memang tergantung pada dirinya sendiri. Tetapi perlu diingat bahwa setiap orang bisa menjadi pendukung atau penghambat bagi kemajuan orang lain, secara khusus dalam perkembangan anak atau adik kita. Itu tergantung dari sikap dan perlakuan kita kepadanya.

Perkataan dan tingkah laku kita bisa membangun atau menghancurkannya. Mereka bisa memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan tidak pernah takut untuk maju menghadapi apa pun yang terjadi dalam hidup ini.

Tetapi, juga ada banyak anak yang sebenarnya pandai dan berbakat namun tidak pernah berhasil mencapai puncak prestasi mereka karena gambar diri mereka sudah hancur dan mereka tidak punya keberanian untuk maju. Ini disebabkan karena kurang adanya dukungan dari anggota keluarga, khususnya orangtuanya.

Hal ini juga berlaku dalam hubungan antar-anggota di dalam suatu organisasi. Banyak bakat dan karunia yang terpendam sia-sia karena sikap pemimpin, pengurus, dan aktivis lainnya yang kurang mendukung dan memberi peluang kepada anggota untuk bisa lebih maju.

Ada rasa enggan mengajari, takut tersaingi, tidak mau membuang waktu, dan sebagainya, yang berakibat tidak terjadi regenerasi dan kegiatan organisasi berjalan terseok-seok. Mari, jadilah penyemangat bagi orang lain, doronglah mereka!

-----

Kata-kata bijak:
Dengan bahasa mulut dan bahasa tubuh, kita bisa menjadi penyemangat bagi kesuksesan orang lain.

* * *

Sumber: Manna Sorgawi, 21 September 2010 (diedit seperlunya)

Judul asli: Butuh Penyemangat

Di-online-kan oleh Paulus Herlambang.

==========

15 September 2010

Kita yang Harus Berubah

Seorang raja berjalan-jalan untuk melihat keadaan kerajaan yang dipimpinnya. Tak jauh dari istana, kakinya terluka karena batu-batu tajam yang menembus sepatunya.

Sang raja pun berkata, “Jalan ini sangat buruk, kita harus segera memperbaikinya agar kakiku tidak terluka lagi. Jalan ini harus dilapisi dengan kulit sapi terbaik.”

Maka segeralah diumumkan ke seluruh kerajaan agar dilakukan persiapan pembangunan jalan dengan mengumpulkan lembaran-lembaran kulit sapi.

Seorang bijak yang kebetulan berada di kerajaan tersebut berkata kepada raja, “Tuanku, daripada merencanakan proyek yang besar dan menyusahkan rakyat, bukankah akan lebih mudah jika Tuanku melapisi sepatu Tuanku dengan kulit sapi? Jadi, Tuanku hanya memerlukan paling tidak selembar kulit sapi.”

Tidak jarang kita berpikir dan bertindak seperti raja di atas. Bukankah sering kali kita menuntut agar semua orang berubah demi kenyamanan kita? Kita tidak suka terhadap sikap suami, kita mengeluh dengan kebiasaan istri, kita mencela tindakan anak kita, kita menjadi stres atas perlakuan teman, dll.

Semua kekesalan ini mendorong kita untuk mengeluh dan menceritakannya kepada orang-orang dekat yang kita temui. Kita mulai menularkan sikap negatif yang akhirnya menyusahkan banyak orang. Padahal dengan sedikit mengubah diri kita saja, sudah cukup mengatasi masalah yang ada.

Kita harus dapat saling menerima sebagaimana Tuhan juga sudah menerima kita. Saling menerima artinya kita tidak lagi menuntut agar orang lain yang berubah.

Kita lebih sering menganggap diri sendiri yang paling benar dan orang lainlah yang salah, sehingga kita berharap agar merekalah yang berubah. Padahal tidak selamanya penilaian kita benar. Mungkin saja diri kitalah yang menyimpan ketidakberesan.

Kita perlu mengoreksi diri sendiri secara jujur, bahwa kita pun penuh kelemahan dan masih perlu dibentuk dalam banyak hal.

Keterbukaan untuk dikoreksi dan kesediaan untuk berubah akan menolong kita untuk semakin dewasa di dalam Tuhan. Tetapi jika kita sudah terlebih dahulu membentengi diri dengan pendapat bahwa kitalah yang paling benar, maka kita akan tetap berada dalam kelemahan kita.

Setiap hari biarlah kita meminta agar Tuhan memberikan kemampuan kepada kita untuk berubah, jika kita memang perlu berubah.

Sekarang bukan waktunya lagi untuk melihat kelemahan orang lain, mengumpat, atau menghakimi mereka. Kini saatnya kita menata diri sendiri agar semakin sempurna dalam pandangan Tuhan.

Mintalah agar Tuhan menunjukkan kekurangan kita, sehingga kita bisa berubah. Sebuah ungkapan mengatakan, “Ubahlah diri Anda terlebih dahulu, maka orang lain akan berubah.”

-----

Kata-kata bijak:
Lebih mudah mengubah diri sendiri daripada mengubah orang lain.

* * *

Sumber: Manna Sorgawi, 15 September 2010 (diedit seperlunya)

Di-online-kan oleh Paulus Herlambang.

==========

12 September 2010

Dibutuhkan Niat Hati

Seperti biasa, Debora berjalan kaki menuju pangkalan becak untuk diantar ke halte di mana ia biasa naik bus saat berangkat ke kantor. Dia pun naik bus yang ngetem di situ.

Sebentar saja bus sudah penuh dan mulai bergerak. Baru berjalan sekitar 20 menit, tiba-tiba bus itu menepi dan berhenti. Sopir bus pun turun menemui seorang polisi lalu lintas. Rupanya sopir dianggap melanggar peraturan lalu lintas.

“Wah, kalau begini bisa terlambat,” kata Debora kesal. “Ada-ada saja sopir itu. Mana ada meeting lagi, dan sudah janji sama pimpinan untuk tidak terlambat,” tambahnya. Semua penumpang juga tampak gelisah.

Setelah menunggu 20 menit, bus berangkat lagi untuk meneruskan perjalanan. Debora masih kesal. “Pasti terlambat nih! Gara-gara sopir yang tidak becus,” gumamnya.

Benar juga, Debora terlambat masuk kantor. Rapat pun sudah dimulai sekitar 15 menit yang lalu. Debora masuk ruang rapat dengan hati yang tidak menentu.

Selesai rapat, Debora diminta menghadap pimpinan. “Mengapa terlambat?” tanya pimpinan.

“Soalnya bus yang saya tumpangi ditilang polisi. Sopirnya tidak becus,” jawab Debora.

“Jadi yang salah sopirnya?” tanya pimpinan.

“Betul, Pak,” jawabnya agak keras.

Pimpinan berkata, “Kalau mau jujur, apakah kamu sungguh-sungguh merasa harus datang lebih pagi? Kalau kamu memang berniat untuk datang lebih awal, pasti kamu akan berangkat lebih pagi. Atau, kamu bisa cepat-cepat ganti bus.” Debora pun hanya tertunduk malu.

Niat hati diperlukan dalam setiap aspek kehidupan kita. Dalam mengubah kebiasaan buruk, dibutuhkan niat hati. Kalau tidak ada niat hati, kita akan menyalahkan situasi dan lingkungan. “Habis, teman-teman juga melakukan itu, tidak enak kalau tidak ikut.”

Dalam mengembangkan karier atau mengejar kesuksesan pun perlu ada niat hati. Kalau tidak, ketika gagal kita akan berkata, “Memang sudah nasib saya.”

Dalam hal pertobatan, harus diawali dengan niat hati. Jika tidak, maka ketika kita jatuh ke dalam dosa, bahkan kembali hidup di dalam dosa, kita akan berkata, “Ya, namanya juga manusia, penuh dengan kelemahan.”

Orang yang tidak mempunyai niat hati akan mudah melemparkan kesalahan kepada orang lain atau mencari kambing hitam.

Niat hati akan membatasi seseorang untuk mencari-cari alasan dan terus berusaha untuk mendapatkan apa yang diinginkan.

Niat hati akan menolong seseorang untuk tidak mudah menyerah pada keadaan dan terus berusaha untuk mencari jalan keluar yang terbaik.

Niat hati membuat seseorang tetap punya semangat, walaupun untuk sementara waktu tidak berhasil. Niat hati juga bisa mendatangkan hikmat untuk terus maju.

Milikilah niat hati yang teguh dalam mengerjakan apa pun yang saat ini sedang anda hadapi: pelayanankah, pekerjaan kantorkah, tugas dari kampuskah, pekerjaan rumah tangga, mendidik anak-anak, dsb.

Kerjakanlah dengan sepenuh hati! Usahakanlah dengan sungguh-sungguh!

-----

Kata-kata bijak:
Jika ada niat hati, segala macam alasan akan tersingkir dengan sendirinya dan jalan keluar pun akan terbuka.

* * *

Sumber: Manna Sorgawi, 12 September 2010 (diedit seperlunya)

Di-online-kan oleh Paulus Herlambang.

==========

25 Agustus 2010

Belajar dari Kelelawar

Kelelawar adalah binatang mamalia yang bisa terbang. Indra penglihatan kelelawar kurang tajam. Anehnya kelelawar tidak pernah menabrak atau bertabrakan satu dengan yang lainnya ketika terbang pada malam hari.

Dalam kegiatannya kelelawar mengandalkan indra penciuman dan indra pendengarannya yang tajam. Indra penciuman digunakan untuk mengetahui buah yang masak, sedangkan indra pendengaran digunakan sebagai pemandu arah.

Kelelawar mengeluarkan suara dengan frekuensi tinggi, sekitar 100.000 Hz. Apabila suara ini mengenai suatu benda, maka akan memantul dan pantulannya akan ditangkap kembali oleh kelelawar. Pantulan suara tersebut memberikan informasi mengenai letak suatu benda yang berada di sekitarnya.

Terilhami oleh kemampuan kelelawar yang menakjubkan itu, pada tahun 2003 para ilmuwan di Inggris bekerja sama dengan sebuah perusahaan Sound Foresight Ltd. berhasil menciptakan tongkat penunjuk jalan bagi tunanetra yang disebut UltraCane.

Prinsip kerja UltraCane sama seperti kelelawar dalam menentukan arah terbang. Pengguna UltraCane akan merasakan rintangan-rintangan di sekitarnya setelah gelombang yang dipancarkan UltraCane dipantulkan oleh aneka rintangan tersebut.

Gelombang pantulan ini ditangkap kembali oleh UltraCane dan kemudian dirasakan oleh tangan pemakai yang menggenggamnya. Otak si pemakai kemudian menerjemahkan apa yang dirasakan pada tangannya sebagai rintangan di sekelilingnya.

Kita bisa belajar dari kelelawar. Setiap saat kita memancarkan “gelombang-gelombang” ke sekitar kita. Sebagian besar dari “gelombang-gelombang” itu berupa perkataan dan tingkah laku yang baik.

Tetapi tidak semua orang bisa menerima apa yang kita katakan dan lakukan. Mereka akan memberikan respons atas perkataan dan tingkah laku kita. Dari respons itulah kita tahu ada tidaknya tantangan dan kita bisa memilih untuk berhenti sejenak atau menghindar.

Hal ini berlaku juga dalam dunia pekerjaan. Kita harus berani melontarkan “gelombang-gelombang” berupa ide atau karya terbaru. Biarkan lingkungan memberikan respons.

Jangan sekali-kali kita menganggap remeh respons yang ada. Sebab jika kita meremehkannya, maka kemungkinan besar kita akan menabrak dan bisa membuat usaha, bahkan diri kita, hancur.

-----

Kata-kata bijak:
Mempelajari respons orang lain akan menolong kita membuat keputusan yang tepat dan membangun.

* * *

Sumber: Manna Sorgawi, 25 Agustus 2010 (diedit seperlunya)

Di-online-kan oleh Paulus Herlambang.

==========

14 Agustus 2010

Kemurahan Hati

Beberapa waktu yang lalu, dari Miami muncul banyak cerita menyedihkan tentang para pengungsi yang berasal dari Kuba. Mereka harus meninggalkan rumah, pekerjaan, semua barang, serta teman-teman yang mereka cintai di Kuba supaya dapat mempertahankan hak sebagai orang yang merdeka.

Salah satu cerita yang menarik adalah tentang seorang pria yang pernah menduduki jabatan tinggi di kantor bea cukai dan imigrasi Kuba. Pria ini pulang ke Miami dan melamar pekerjaan di salah satu hotel di sana. Ia berharap akan diterima sebagai pesuruh atau salah seorang pencuci piring di hotel ternama tersebut.

Saat bertemu dengan Kepala Personalia ia tidak mengenalnya, tetapi si Kepala Personalia itu mengenalnya.

“Bukankah Anda dulu bekerja di kantor imigrasi Kuba? Saya ingat, tiga tahun yang lalu saat mengunjungi Kuba saya mendapat kesulitan di imigrasi. Waktu itu semua jawaban yang saya berikan kepada teman Anda malah mempersulit posisi saya. Kemudian ada seorang pegawai yang sedikit aneh datang dan membantu saya. Orang itu adalah Anda, benar kan?” tanya si Kepala Personalia.

“Ya,” jawab pria itu dengan kepala tertunduk karena berpikir bahwa ia tidak akan mendapatkan pekerjaan di hotel tersebut.

“Anda tentu tidak tahu pergolakan di dalam hati saya saat itu. Namun ketika saya tahu bahwa saya tidak jadi dikirim ke penjara, saya sangat bersyukur sehingga saya menawarkan uang $100 kepada Anda. Anda menolaknya dan berkata bahwa Anda lebih suka mendapat seorang teman daripada uang $100. Sekarang di hotel ini Anda mempunyai seorang teman. Selamat, Anda diterima sebagai pegawai di posisi mana pun Anda ingin ditempatkan,” katanya sambil mengulurkan tangan.

Kemurahan hati adalah benih yang akan menghasilkan buah pada waktunya. Tidak ada kemurahan hati atau perbuatan baik yang sia-sia jika dilakukan dengan hati yang tulus. Nyatakan kemurahan hati kita dengan benar dan dengan motivasi yang tulus.

* * *

Sumber: Manna Sorgawi, 14 Agustus 2010 (diedit seperlunya)

Di-online-kan oleh Paulus Herlambang.

==========

11 Agustus 2010

Tetaplah Bermimpi

Gadis kecil berusia 9 tahun bernama Cameron Mott hanya memiliki otak sebelah kiri saja, karena otak kanannya diangkat sejak ia berusia 3 tahun. Pengangkatan otak kanan ini dilakukan karena ia mengalami sindrom Rasmussen, yang membuatnya sering kejang-kejang seperti penderita epilepsi.

Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan, akhirnya tim dokter yang menanganinya sepakat untuk mengeluarkan otak kanannya. Operasi pengambilan otak kanan adalah satu-satunya pengobatan yang bisa dilakukan untuk membantu Cameron menjadi lebih baik.

Dokter yang menangani kasus ini menyadari bahwa tindakan mengeluarkan sisi otak kanan, yang berfungsi mengontrol sisi kiri tubuh, bisa membuat gadis kecil itu lumpuh pasca-operasi. Setelah operasi usai, Cameron menjalani fisioterapi dan beberapa waktu kemudian ia sudah dapat berjalan serta bermain, meskipun masih terlihat pincang.

Operasi itu menyebabkan Cameron kehilangan sebagian dari penglihatan tepinya. Meski tahu bahwa kondisi tubuhnya sudah tidak sempurna, tetapi Cameron selalu berkata, “Saya ingin menjadi balerina.”

Cameron harus berjuang keras menjalani proses pemulihan tubuhnya agar bisa mengejar impiannya menjadi seorang balerina. Walaupun hanya memiliki otak sebelah kiri, tetapi semangat Cameron tidak pudar. Ia menjaga impiannya untuk menjadi balerina yang mampu melakukan gerakan-gerakan tarian nan indah. Sungguh suatu antusiasme yang luar biasa.

Ada tiga pelajaran yang bisa kita petik dari hidup si kecil Cameron, yaitu:

1. Memiliki dan memelihara mimpi
Jika ingin menjadi orang yang tingkat kehidupannya naik, kita harus memiliki mimpi. Bila mimpi itu sudah terwujud, buatlah mimpi baru karena mimpi memberi arah dan pencapaian yang jelas dalam hidup kita. Mimpi juga akan meningkatkan potensi serta nilai tambah di dalam diri kita.

2. Tetap antusias
Peliharalah mimpi dengan antusiasme yang tinggi, karena antusiasme memampukan kita mengejar mimpi itu. Orang yang antusias memiliki kekuatan ekstra di dalam masa sukar. Antusiasme menjadikan kita tabah menghadapi segala rintangan, kita akan terus bertindak guna mewujudkan mimpi yang ada di hati hingga menjadi sebuah kenyataan.

3. Melayani Tuhan dengan mengejar mimpi kita
Kebanyakan impian dalam hidup kita, yang berdampak membangun diri sendiri, sesama, dan kepentingan yang lebih luas berasal dari Tuhan. Jadi mengejar dan mewujudkan mimpi adalah sebuah tindakan melayani Tuhan, karena itu menyenangkan hati-Nya. Pemberi impian senang jika hasrat hati-Nya kita penuhi. Jadi, berupayalah untuk menggunakan potensi anda dengan sebaik-baiknya!

NB: Saksikan video tentang Cameron Mott di sini... (klik)

-----

Kata-kata bijak:
Peliharalah antusiasme karena antusiasme memampukan kita menggapai impian setinggi bintang.

* * *

Sumber: Manna Sorgawi, 11 Agustus 2010 (diedit seperlunya)

Di-online-kan oleh Paulus Herlambang.

==========

31 Juli 2010

Pengikut yang Setia adalah Aset yang Paling Berharga

Seorang pemimpin tidak bisa meraih keberhasilan yang gemilang tanpa dukungan pengikut atau rekan kerja yang baik. Dan kualitas utama yang harus diperhitungkan oleh seorang pemimpin ketika ingin merangkul bawahan atau rekan kerja yang baik adalah kesetiaannya. Karena ketidaksetiaan suatu saat akan menghancurkan hubungan yang sudah dibangun dengan susah payah. Lalu apa ciri-ciri orang yang setia?

1. Dapat mengasihi tanpa syarat
Orang yang mempunyai kesetiaan dapat menerima kekuatan dan kelemahan orang lain, dan tidak menjadikan itu sebagai halangan untuk terus melangkah bersama guna mencapai sasaran yang sudah ditetapkan.

Ia tidak iri dengan kemampuan, berkat, dan keberhasilan orang lain, juga tidak serta-merta berpandangan negatif atau menjauh manakala diperhadapkan dengan kelemahan yang fatal. Orang yang setia mampu tertawa dan menangis saat berjalan bersama. Ia mampu membuat perjalanan menjadi berwarna dan tidak begitu sunyi.

2. Menjadi duta yang terpercaya
Orang yang setia selalu melukiskan gambaran yang positif tentang anda sebagai pemimpinnya kepada orang lain. Mungkin setelah perjalanan yang cukup panjang ia pernah menegur anda secara pribadi, tetapi ia tidak akan mengkritik atau membeberkan kelemahan anda di depan orang lain.

3. Menjadikan impian anda sebagai impiannya
Beberapa orang bawahan akan berjalan bersama anda dalam waktu yang singkat saja. Dalam waktu yang relatif singkat anda saling membantu, dan kemudian berjalan sendiri-sendiri. Tetapi beberapa orang yang istimewa akan tetap berada di sisi anda dan membantu anda menyelesaikan sisa perjalanan itu, bahkan ikut serta dalam rencana “perjalanan” yang baru.

Orang-orang yang “istimewa” ini bisa setia mengiringi perjalanan anda karena mereka telah menjadikan impian anda sebagai impian mereka juga. Penulis kitab Amsal menggambarkan keistimewaan mereka dengan tepat:

“Seperti sejuk salju di musim panen, demikianlah pesuruh yang setia bagi orang-orang yang menyuruhnya. Ia menyegarkan hati tuan-tuannya.” (Amsal 25:13)

Jika seorang pemimpin hendak mendapatkan atau memotivasi pengikutnya menjadi setia, maka ia harus menghargai dan memerhatikan kesejahteraan pengikutnya. Jika seorang pemimpin menghargai pengikut yang setia, maka ia telah “mengikat” orang yang akan berjalan bersamanya dalam keadaan senang dan susah.

Pakar kepemimpinan, John Maxwell berkata, “Sikap seorang pemimpin menentukan sikap para pengikutnya.” Artinya, jika seorang pemimpin menunjukkan disiplin yang tinggi terhadap dirinya sendiri terlebih dahulu, maka pengikutnya akan termotivasi untuk disiplin.

Jika si pemimpin tulus dan peduli terhadap pengikutnya, maka pengikut akan menunjukkan loyalitas yang tinggi dan rela berkorban.

-----

Kata-kata bijak:
Pengikut yang setia adalah aset paling berharga yang harus dipelihara oleh seorang pemimpin yang bijak.

* * *

Sumber: Manna Sorgawi, 31 Juli 2010 (diedit seperlunya)

Judul asli: Orang-orang yang Istimewa

Di-online-kan oleh Paulus Herlambang.

==========

30 Juli 2010

Marah sebagai Sumber Petaka

Bagaimana cara menangkap kepiting? Ambillah sebatang bambu yang diikat tali dan di ujung tali yang lain diikatkan sebuah batu kecil. Ayunkan bambu agar batu di ujung tali terayun menuju kepiting yang diincar, dengan tujuan untuk mengganggunya.

Tindakan yang dilakukan berkali-kali ini akan membuat kepiting itu marah dan menjepit tali dengan capitnya yang kuat. Ketika capit kepiting menjepit, kita harus segera menarik tali dan mengangkat mangsa yang sedang marah itu. Kemudian memasukkannya ke wadah yang sudah disiapkan dan segera memutuskan talinya.

Setelah itu kita bisa memasak kepiting sesuai menu yang diinginkan dan menikmati dagingnya yang lezat. Si kepiting menjadi menu di meja makan karena sifatnya yang gampang marah.

Kita sering melihat banyak orang jatuh dalam kesulitan atau berbagai-bagai masalah, kehilangan peluang dan jabatan karena tidak bisa mengendalikan amarahnya. Marah adalah salah satu bentuk emosi yang negatif, yang jika diikuti akan membuat kita tidak bisa berpikir sehat.

Ketika kita mengikuti emosi yang meledak-ledak, kita tidak sadar bahwa kita sudah mengeluarkan kata-kata yang melukai orang-orang yang sebenarnya tidak ingin kita lukai. Ketika emosi negatif itu kita luapkan, kita kehilangan kendali dan bersikap tidak santun.

Karena sejak kecil tidak dibiasakan mengendalikan emosi negatifnya yang suka meledak-ledak, seorang gadis menjadi terbiasa marah dalam setiap situasi, yang sebenarnya tidak perlu direspons dengan kemarahan.

Sifatnya yang suka marah dan “jutek” membuat orang di sekelilingnya enggan untuk berinteraksi dengannya, orang takut menjadi korban emosinya yang sering meledak tidak pada tempatnya. Aura si pemarah memancarkan permusuhan, sedangkan hidup mereka yang suka mengendalikan emosinya memancarkan kedamaian.

Alangkah ruginya jika kita kehilangan kesempatan untuk memberi dan menerima kasih, membangun hubungan yang harmonis dengan banyak orang hanya karena kita terlalu cepat marah. Label “pemarah” akan membuat kita menjadi orang yang “terpenjara” di dalam jeruji emosi yang kita bangun sendiri, yang memisahkan kita dari situasi hidup yang normal.

Dalam studi yang dipublikasikan di Amerika, dilaporkan bahwa wanita yang memiliki lebih banyak emosi negatif, yaitu perasaan tertekan, terasing, bermusuhan, atau pesimis, mempunyai tekanan darah lebih tinggi. Ini mengindikasikan menyebarnya peradangan pada tubuh. Peradangan kronis dipercaya menyebabkan sejumlah penyakit dalam periode tertentu, termasuk penyakit jantung dan kanker.

Orang yang memiliki kasih pasti dapat menguasai diri, termasuk penguasaan diri atas emosi. Orang yang dapat menguasai dirinya akan berbahagia, karena dikatakan: berbahagialah orang yang membawa damai, mereka akan disukai banyak orang. Karena itu kendalikanlah emosi negatif kita!

-----

Kata-kata bijak:
Si pemarah menambah musuh karena emosinya, si pendamai menambah sahabat karena kasihnya. ~Ester Chim~

* * *

Sumber: Manna Sorgawi, 30 Juli 2010 (diedit seperlunya)

Di-online-kan oleh Paulus Herlambang.

==========

18 Juni 2010

Cara Menilai Orang

Seorang pemuda mendatangi kediaman kakek yang dikenal sangat bijak. Sang kakek tinggal di lereng gunung, di gubuknya yang sederhana.

Meskipun sang kakek memiliki banyak tanah dan harta, tetapi ia memilih untuk tinggal di gubuk sederhana. Penampilannya pun sangat sederhana dengan baju dan celana yang juga sederhana.

Karena penasaran anak muda itu bertanya, “Kakek, saya tidak habis pikir mengapa kakek memilih untuk berpenampilan seperti ini. Padahal di zaman sekarang, orang berlomba-lomba untuk memiliki penampilan yang baik.”

Sambil tersenyum, sang kakek melepaskan cincin yang melingkar di jarinya dan menyerahkannya kepada si pemuda.

“Bawalah cincin ini ke pasar dan juallah dengan harga satu keping emas,” kata sang kakek.

“Aduh Kek, bagaimana mungkin orang mau membeli cincin ini dengan satu keping emas? Cincin ini kelihatannya tidak berharga,” kata si pemuda.

“Cobalah tawarkan kepada yang lain,” jawab sang kakek.

Sambil mengantongi cincin tersebut, si anak muda bergegas ke pasar. Ia menawarkan cincin itu kepada penjual ikan, pedagang sayur, dan para pedagang buah. Tetapi mereka hanya menertawakannya seraya berkata, “Tak akan ada orang yang mau membeli cincin jelek ini dengan satu keping emas.”

Maka pulanglah pemuda itu menemui sang kakek. “Benar kan Kek, tidak ada orang yang mau membeli cincin ini dengan satu keping emas,” katanya.

“Kepada siapa engkau menawarkannya?” tanya sang kakek.

“Penjual ikan, penjual sayur, dan penjual buah,” jawab si pemuda.

“Sekarang, pergilah tawarkan cincin ini ke toko emas di pusat kota. Kau tidak perlu membuka harga,” perintah si kakek.

Pemuda itu pun segera berangkat. Tak lama berselang, ia pulang menemui si kakek.

“Kek, ternyata orang-orang di pasar tidak tahu menilai barang yang mahal. Pemilik toko emas yang kudatangi memberi harga sepuluh keping emas untuk cincin ini,” katanya.

“Sekarang pertanyaanmu terjawab sudah,” ujar sang kakek.

Kita tidak bisa menilai seseorang dari pakaiannya. Hanya pedagang ikan, sayur, dan buah yang memiliki penilaian demikian, tetapi pedagang emas tidak.

Oleh karena itu, jangan pernah menilai orang berdasarkan penampilan fisik mereka, karena itu adalah filosofi dunia. Jangan pula menentukan nilai diri anda berdasarkan mewahnya tempat tinggal, pakaian, dan penampilan fisik anda, karena Tuhan tidak pernah menilai anda berdasarkan itu.

Tuhan melihat kedalaman hati seseorang, Ia melihat sikap hati dan apa yang anda pikirkan. Begitu banyak orang yang memiliki pola penilaian yang salah, baik terhadap sesama maupun terhadap diri sendiri.

Mulai sekarang, marilah menilai segala sesuatu berdasarkan penilaian Tuhan, sehingga anda akan mengejar apa yang bernilai bagi Tuhan dan bukan apa yang bernilai bagi manusia. Dengan demikian, anda akan mendapatkan penghargaan yang layak dari Tuhan.

-----

Kata-kata bijak:
Jangan berusaha agar anda layak di hadapan manusia, karena belum tentu anda layak di hadapan Tuhan.

* * *

Sumber: Manna Sorgawi, 18 Juni 2010 (diedit seperlunya)

Judul asli: Cara Penilaian Tuhan

Di-online-kan oleh Paulus Herlambang.

==========

10 Juni 2010

Kebiasaan Memuji Diri

Untuk membangun keberanian dan rasa percaya diri dibutuhkan self-esteem atau sikap menghargai diri sendiri. Dengan kata lain, self-esteem adalah memandang diri kita berharga dan memiliki keistimewaan.

Namun demikian, self-esteem yang berlebihan menyebabkan seseorang menjadi pribadi yang sombong dan meremehkan orang lain.

Salah satu ciri self-esteem yang terlalu berlebihan adalah kebiasaan memuji diri atas prestasi, karakter, kondisi fisik, dan kebaikan yang sudah dilakukan tanpa ada lagi perasaan risih dan malu.

Dalam kehidupan sehari-hari kita akan menemukan orang-orang yang demikian. Mereka memiliki dorongan yang begitu kuat di dalam dirinya untuk membanggakan diri dan memberitahukan kepada orang lain mengenai kelebihan-kelebihannya.

Sebuah kalimat bijak berkata, “Biarlah orang lain memuji engkau dan bukan mulutmu, orang yang tidak kaukenal dan bukan bibirmu sendiri.” (Amsal 27:2)

Paling tidak ada tiga alasan yang menyebabkan seseorang suka memuji diri sendiri:

Pertama, merasa begitu hebat.
Orang yang suka memuji diri merasa bahwa dia sudah melakukan atau mencapai apa yang orang lain tidak bisa lakukan. Ini tak lain adalah wujud kesombongan. Berhati-hatilah jika kita mulai merasa hebat, karena kesombongan akan berakhir dengan kehancuran.

Kesombongan membuat seseorang tidak bisa menilai sesuatu secara objektif, apalagi di dalam menilai diri sendiri kita memang cenderung untuk memberikan penilaian yang subjektif; bukan lagi berdasarkan kenyataan yang sesungguhnya, tetapi berdasarkan pandangan dan perasaan sendiri.

Ini berbahaya, karena kita tidak tahu keadaan kita yang sesungguhnya. Kita menyangka diri hebat, padahal tidak ada apa-apanya.

Kedua, mencari pengakuan.
Orang yang suka memuji diri sebenarnya menyimpan masalah di dalam dirinya, yaitu perasaan kurang mendapat pengakuan. Oleh karena itu, ia memuji diri dan menceritakan kelebihan-kelebihan dan kesuksesannya, agar diakui.

Sebenarnya pengakuan tidak datang melalui usaha memuji diri dan menceritakan kehebatan kita. Pengakuan itu akan datang dengan sendirinya ketika kita melakukan segala sesuatu dengan tulus disertai kerja keras. Maka, tanpa kita menceritakan apa-apa, pengakuan itu akan datang.

Ketiga, meremehkan orang lain.
Ketika memuji diri, sebenarnya kita sedang mengatakan kepada orang lain, “Lihat saya dong, tidak seperti kamu,” atau “Saya lebih hebat dari kamu,” “Kamu tidak ada apa-apanya.”

Bukankah tidak jarang kita memuji diri sendiri dengan maksud untuk membuat orang lain merasa tidak berarti? Kita menjatuhkan keyakinan diri mereka dengan mengatakan bahwa kita lebih baik dari mereka.

. . .
Memang kita harus memiliki self-esteem, tapi janganlah memuji diri. Anda tahu betapa keji dosa kesombongan yang ada di balik kebiasaan memuji diri.

-----

Kata-kata bijak:
Jika anda ingin orang lain memuji anda, jangan pernah memuji diri sendiri.

* * *

Sumber: Manna Sorgawi, 10 Juni 2010 (diedit seperlunya)

Di-online-kan oleh Paulus Herlambang.

==========

12 Mei 2010

Pengaruh dan Kapasitas yang Besar

Dibutuhkan waktu yang relatif lama, pelatihan, dan pengalaman-pengalaman pahit atau manis untuk membentuk seseorang menjadi pemimpin yang andal.

Railand adalah contoh pribadi yang siap dan bersedia melalui proses pembentukan untuk menjadi pemimpin yang memberi pengaruh kepada orang banyak.

Railand adalah orang biasa yang kemudian diproses menjadi seorang pemimpin sejak ia tertanam menjadi anggota jemaat sekaligus pengerja gereja di Skyline.

Railand kemudian memperlengkapi dirinya dengan bersekolah di sebuah seminari dan magang di gereja yang dipimpin oleh John Maxwell.

Di Skyline, Railand menundukkan dirinya untuk diberdayakan. Karena kemauan serta kerja kerasnya, Railand berhasil mencetak prestasi-prestasi yang membuatnya mulai dipercaya oleh motivator sehebat John Maxwell.

Tahun 1995, ketika John Maxwell meninggalkan penggembalaan yang sudah dipegangnya selama empat belas tahun, motivator ternama itu meminta Railand untuk menduduki jabatan sebagai Wakil Direktur INJOY, organisasi yang dipimpin oleh John Maxwell.

Railand berhasil melalui masa-masa sulit yang mengantarnya menjadi pemimpin yang memberi pengaruh bagi banyak orang.

Tidak ada keberhasilan yang dicapai dalam waktu semalam, itu hanya ada dalam dongeng Aladin dengan cerita 1001 malamnya. Beberapa tokoh dipersiapkan Tuhan selama puluhan tahun, baru dipakai secara luar biasa.

Nabi Musa diproses selama 80 tahun, baru dipercayakan untuk memimpin umat-Nya yang besar. Selama empat puluh tahun Musa dipersiapkan di lingkungan istana Firaun dengan belajar tentang kepemimpinan sekuler. Ia belajar hukum-hukum Mesir, ilmu perang, dan sebagainya.

Setelah selesai di Mesir, Tuhan membentuk sikap Musa di Midian, yaitu dengan cara menggembalakan kambing domba mertuanya. Di Midian, Musa tunduk kepada mertuanya yang adalah seorang imam.

Pada tahap ini terbentuk kesetiaan dan kesabaran Musa sebagai seorang yang akan menggembalakan umat Tuhan yang tegar tengkuk.

Setelah itu barulah Tuhan memercayakan perkara yang lebih besar kepadanya. Musa dikenal sebagai pemimpin berhati lembut yang berkenan di mata Tuhan.

Seseorang siap dipakai untuk kapasitas yang besar tidak semata-mata karena adanya kesempatan besar yang diberikan kepadanya, tetapi lebih kepada apakah ia memiliki serangkaian sikap positif yang mendukungnya menjadi pemimpin dengan pengaruh yang besar.

Pengaruh itu bukan untuk kebaikan dirinya semata, tetapi juga bagi orang-orang yang Tuhan percayakan untuk dipimpinnya.

Rindukah anda menjadi pemimpin yang memengaruhi hidup banyak orang dan menjadi saluran berkat bagi sesama? Persiapkanlah diri anda dengan baik, lalui setiap proses pembentukan dengan hati yang taat dan takut akan Tuhan.

Jika sudah tiba waktunya, Tuhan sendiri yang akan mengangkat anda menjadi pemimpin yang andal dengan teritorial yang luas.

-----

Kata-kata bijak:
Tuhan hanya akan memercayai orang-orang yang setia menjalani proses yang dirancang-Nya.

* * *

Sumber: Manna Sorgawi, 12 Mei 2010 (diedit seperlunya)

Di-online-kan oleh Paulus Herlambang.

==========

30 April 2010

Keluar dari Kotak Nyaman

Kutu adalah makhluk yang dapat meloncat 300 kali tinggi badannya. Dalam suatu percobaan, seekor kutu dimasukkan ke dalam sebuah kotak korek api kosong dan dibiarkan di sana selama satu minggu. Hasilnya ajaib, kemampuan meloncat si kutu tiba-tiba hilang.

Ternyata selama berada di dalam kotak korek api, ia sebenarnya mencoba meloncat tinggi tetapi selalu terbentur dinding kotak korek api. Ia mencoba lagi, terbentur lagi. Begitu seterusnya, hingga ia mulai ragu akan kemampuannya sendiri. Loncatannya pun disesuaikan dengan tinggi kotak korek api. Aman dan nyaman memang, karena ia tidak lagi membentur dinding kotak yang terasa menyakitkan.

Ketika tiba waktunya kutu dikeluarkan dari kotak, pikirannya sudah terlanjur membatasinya bahwa kemampuan loncatnya hanyalah setinggi kotak korek api itu. Demikianlah si kutu hidup seperti itu hingga akhir hayatnya. Hilang sudah kemampuan meloncatnya yang fantastis itu. Kemaksimalan hidupnya telah dibatasi oleh keadaan lingkungan.

Kotak atau zona nyaman adalah wilayah imajinatif di mana kita merasa ‘nyaman’ serta merasa ‘punya kendali’, padahal itu tidak lebih dari manipulasi pikiran saja. Banyak orang merasa tidak ada yang perlu diubah dalam hidupnya. Perubahan dianggap hanya akan menambah beban, belum lagi butuh waktu untuk penyesuaian. Benarkah demikian?

Alasan utama mengapa seseorang tidak mau keluar dari kotak nyamannya sebenarnya adalah ketakutan menghadapi situasi baru. Padahal kita seharusnya melakukan pembaruan hidup setiap hari. Terdapat bahaya bila seseorang terlalu lama berada di kotak nyamannya.

Pertama, merasa puas diri, bahkan sombong. Orang yang tidak mau membuka diri terhadap pembaruan ibarat katak di bawah tempurung. Ia pikir dunia hanya seluas apa yang ia lihat. Perasaan puas diri membuat orang menutup diri terhadap masukan yang sifatnya membangun. Bila hal ini berlanjut terus, dikuatirkan akan berpotensi menimbulkan kesombongan yang tak berdasar.

Kedua, tidak bertumbuh atau berkembang. Tiadanya kebutuhan untuk berubah menyebabkan keinginan untuk mempelajari hal-hal baru juga tidak ada. Mereka sulit diajak memikirkan hal-hal yang lebih tinggi, lebih mulia, lebih agung karena levelnya masih belum dewasa. Mereka tidak akan pernah merasakan kehidupan yang maksimal, begitu-begitu saja dari waktu ke waktu. Yang perlu kita lakukan hanyalah mencoba. Selama kita belum mencoba, kita tidak akan pernah tahu bahwa cara-cara baru mungkin saja lebih baik dan menyenangkan daripada cara lama.

Mulailah mengambil langkah baru yang akan membuat hidup Anda lebih maksimal.

-----

Kata-kata bijak:
Perubahan tepat di saat yang tepat akan membawa Anda ke level yang lebih tinggi.

* * *

Sumber: Manna Sorgawi, 30 April 2010 (diedit seperlunya)

Di-online-kan oleh Paulus Herlambang.

==========

27 Maret 2010

Rahasia Sukses dalam Karier

Pagi itu diadakan sebuah acara pembekalan terhadap para karyawan yunior. Pertemuan tersebut membahas topik mengenai “komitmen”. Ketika diberikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan, tidak sedikit yang mengeluhkan sikap para senior atau pimpinan mereka yang berlaku keras terhadap para bawahannya.

Mereka berkata, “Bagaimana saya bisa menunjukkan komitmen dan kesetiaan sementara saya diperlakukan secara tidak adil?” “Saya merasa sangat tertekan karena dituntut untuk berkomitmen penuh, sementara atasan saya bersantai-santai,” sambung yang lain.

“Memang susah ya jadi bawahan, kita tidak bisa leluasa. Setiap kali saya mengemukakan ide, selalu saja dihentikan oleh atasan saya. Ingin rasanya saya berontak dan sekaligus keluar dari pekerjaan saya,” timpal yang lain. Pertemuan semakin ramai dan menjadi ajang untuk menumpahkan kekesalan terhadap atasan.

Setelah cukup banyak orang yang berkomentar, salah seorang peserta mulai angkat bicara, “Kita tidak akan pernah menjadi pemimpin yang baik jika kita tidak belajar menjadi bawahan yang baik.”

Ada pula peserta lain yang menambahkan secara panjang lebar bahwa dalam sebuah organisasi di mana masing-masing orang mengembangkan karier, ada tahap-tahap yang harus dilalui dengan setia.

Ketika anda sedang menjadi bawahan, jadilah bawahan yang taat kepada orang yang berwenang di atas anda. Semua itu merupakan proses yang harus dilalui. Bagaimanapun sakitnya sebuah pembentukan, itu akan memberikan pelajaran penting yang kelak akan membawa anda ke jenjang yang lebih tinggi.

Mengapa anda kesal, marah dan berontak, itu karena anda jarang sekali memandang tekanan yang anda alami dari sisi pembentukan Tuhan. Anda benci kepada atasan atau siapa pun yang berlaku keras dan anda berpikir bahwa mereka keterlaluan.

Tetapi pernahkah anda berpikir bahwa dalam kondisi seperti itu sebenarnya anda tidak sedang berurusan dengan orang tersebut, melainkan dengan Tuhan? Tuhan sering memakai orang lain seperti: atasan, rekan kerja, rohaniwan, guru ataupun orangtua untuk mengikis kesombongan anda dan mengajarkan kesabaran, keuletan serta kerendahan hati.

Dengan melihat masalah dari sisi yang berbeda, anda akan lebih bisa bersabar dan tekun menjalani pembentukan yang Tuhan kerjakan dalam hidup anda. Pada saat masih menjadi bawahan, jadilah bawahan yang baik dan taat. Jangan lewatkan setiap tahapan proses dengan sungut-sungut, kebencian dan pemberontakan, karena jika demikian berarti anda kalah dan kehilangan satu pelajaran berharga.

Pada saatnya nanti, ketika Tuhan memandang bahwa anda sudah layak naik ke jenjang yang lebih tinggi, maka tak ada seorang pun yang dapat menghalangi. Juga tak ada seorang pun yang berkuasa merendahkan ketika Tuhan berkehendak mengangkat anda. Sebab itu jadilah taat dan rendah hati!

-----

Doa:
Tuhan, beriku kesabaran untuk menjalani setiap proses dalam hidupku. Terima kasih untuk orang-orang yang Engkau pakai untuk membentukku.

Kata-kata bijak:
Ketika ada orang yang membuat anda jengkel, sesungguhnya anda sedang dalam pembentukan Tuhan.

* * *

Sumber: Manna Sorgawi, 27 Maret 2010 (diedit seperlunya)

Di-online-kan oleh Paulus Herlambang.

=======

09 Maret 2010

Jangan Lewatkan Kesempatan-kesempatan Kecil

Di pinggir sebuah hutan, tinggallah seorang pemburu dengan istrinya. Sementara itu, anak satu-satunya yang sudah menginjak remaja tinggal di kota bersama pamannya untuk bersekolah.

Suatu hari si pemburu mendengar berita bahwa hari Minggu anaknya akan pulang membawa serta lima orang temannya.

“Wah, besok aku harus berburu rusa di hutan supaya anakku dan teman-temannya bisa makan daging rusa sepuasnya, bahkan bisa membawa tanduk rusa itu untuk diperlihatkan kepada orang-orang kota,” demikian pikir si pemburu.

Sabtu pagi, si pemburu berangkat ke hutan dengan membawa panah dan tombak. Dalam perjalanan, dia terus berharap bisa membawa hasil buruan yang diinginkannya, yaitu seekor rusa. Dia tidak membawa anjing pelacak atau jaring penjerat. Cara berburunya adalah dengan menunggu di balik sebatang pohon yang memang sering dilalui oleh binatang-binatang buruan.

Sesampainya di tengah hutan, dia mulai mempraktikkan cara berburu yang sederhana itu. Tidak lama dia menunggu, seekor kelelawar besar kesiangan terbang hinggap di atas pohon kecil tepat di depannya. Sebenarnya dengan satu kali ayunan tombaknya, dia pasti bisa mendapatkan kelelawar tersebut. Tetapi si pemburu berkata, “Untuk apa merepotkan diri dengan seekor kelelawar? Apa artinya dibanding dengan seekor rusa besar?”

Tidak lama setelah itu, seekor kelinci pun lewat. Kelinci itu sempat berhenti di depannya. Sekali lagi si pemburu mengabaikannya, “Hanya seekor kelinci.” Demikian juga ketika ada seekor kancil. Bahkan ketika ada seekor kambing hutan, si pemburu pun berkata, “Ah, kambing, tanduknya tidak indah. Biarkan saja.”

Lama si pemburu menunggu datangnya rusa yang dia inginkan, tetapi tak kunjung datang. Lima jam dia sudah menanti. Karena kelelahan, si pemburu pun tertidur. Menjelang sore, seekor rusa yang ditunggu akhirnya datang juga. Tetapi si pemburu belum juga bangun dari tidurnya.

Dia baru sadar ketika merasakan injakan kaki rusa dan spontan berteriak, “Rusa!” Maka rusa itu pun langsung lari sebelum si pemburu sempat membidikkan tombak atau panahnya. Akhirnya si pemburu pulang tanpa membawa hasil apa-apa.

Mempunyai angan-angan yang tinggi tidaklah salah, tetapi untuk mencapainya tetap harus melalui perjuangan. Sering kali kita melewatkan kesempatan-kesempatan kecil yang berguna sebagai latihan untuk mencapai hal yang lebih besar.

Untuk itu, mari kita gunakan setiap kesempatan yang ada untuk menunjang kesuksesan pencapaian cita-cita kita. Jangan enggan belajar, karena keberhasilan yang sejati tidak ada yang instan.

* * *

Sumber: Manna Sorgawi, 9 Maret 2010 (diedit seperlunya)

Di-online-kan oleh Paulus Herlambang.

=======

22 Februari 2010

Kita Sendiri yang Menentukan Kebahagiaan Kita

Suatu ketika, Margaret istri John Maxwell diundang untuk membawakan seminar dengan topik “Kebahagiaan”. Seperti biasa, ketika istrinya membawakan seminar maka John Maxwell akan duduk di bangku paling depan untuk mendengarkan seminar yang dibawakan istrinya. Sebaliknya, jika John Maxwell membawakan seminar, maka istrinya akan duduk di depan untuk mendengarkan.

Setelah Margaret selesai membawakan seminar, semua hadirin bertepuk tangan. Sesudah itu mereka masuk ke sesi tanya jawab. Banyak pertanyaan yang dilontarkan, tetapi ada salah satu pertanyaan yang cukup menarik dan mengundang rasa ingin tahu mengenai jawaban apa yang akan diberikan oleh Margaret.

Pertanyaan itu datang dari seorang ibu yang isinya, “Ibu Margaret, apakah suami Anda membuat Anda bahagia?” Seisi ruangan terdiam menanti jawaban. Setelah berpikir sejenak, Margaret menjawab, “Tidak.” Semua yang hadir kaget mendengar jawabannya. Sekali lagi Margaret berkata, “Tidak, John Maxwell tidak membuatku bahagia.”

Semua hadirin memandang ke John Maxwell, sementara John Maxwell menjadi salah tingkah. Kemudian Margaret melanjutkan, “John Maxwell adalah suami yang sangat baik. Ia setia, selalu memenuhi kebutuhan saya, baik jasmani maupun rohani dan ia tidak pernah berjudi, mabuk-mabukan, atau main serong. Tapi, dia tetap tidak bisa membuat saya bahagia.”

Seorang peserta kemudian bertanya, “Mengapa?” “Karena tidak ada seorang pun di dunia ini yang bertanggung jawab atas kebahagiaan saya, kecuali diri saya sendiri,” jawabnya.

Benar sekali apa yang dikatakan oleh Margaret bahwa setiap orang bertanggung jawab atas kebahagiaan dirinya sendiri. Bukan orang lain dan bukan keadaan. Kita memang tidak terlepas dari keadaan yang sulit dan orang-orang yang sengaja menyakiti hati kita, tetapi semua itu tidak dapat merampas kebahagiaan kita selama kita tidak mengizinkan kondisi yang tidak enak tersebut memengaruhi hidup kita.

Bahagia tidaknya seseorang tergantung cara kita menyikapi setiap keadaan. Kitalah yang menentukan apakah kita akan bahagia atau tidak.

Kata-kata bijak:
Tidak ada apa pun yang dapat merampas kebahagiaan kita jika kita tidak mengizinkannya.

* * *

Sumber: Manna Sorgawi, 22 Februari 2010 (diedit seperlunya)

Di-online-kan oleh Paulus Herlambang.

* * *

Artikel Terkait:
Kebahagiaan Sejati

=======

11 Februari 2010

Andai Titanic Mendengar

Ketika melihat para awak kapal mengangkat bagasi dari bawah, Nyonya Albert Caldwel bertanya, “Benarkah kapal ini tidak bisa tenggelam?” “Benar, Nyonya,” jawab salah seorang di antaranya. “Bahkan Tuhan sendiri tak mungkin menenggelamkan kapal ini.”

Dua hari kemudian, kapal yang diberangkatkan dari Pelabuhan Southampton, Inggris menuju New York itu memasuki kawasan Grand Banks, sebuah kawasan berbahaya karena banyak gunung es bawah laut.

Pada 14 April 1912, dua puluh menit sebelum pukul 24.00 tengah malam, kapal pesiar mewah Titanic menyerempet gunung es dan akhirnya tenggelam tiga jam kemudian.

Awalnya Frederick Fleet, petugas menara pengintai melihat sesuatu yang gelap menghadang di depan. Mula-mula kecil, lama-kelamaan bertambah besar. Ia segera membunyikan bel bahaya.

“Fleet, apa yang kamu lihat?” tanya kapten kapal. “Gunung es di depan.” “Terima kasih,” jawab suara itu lagi, santai, seolah-olah tidak ada yang terjadi.

Bahkan ketika kapal menyerempet gunung es itu, sang kapten, Edward J. Smith, sama sekali tidak mengurangi kecepatan kapal. Titanic tetap melaju dengan kecepatan 22,5 knot, sekitar 45 km per jam, tanpa ada gerakan menghindari maut yang menanti di depan.

Kapal mewah yang mengklaim diri “tidak bisa tenggelam” itu seolah ingin menguji dirinya melawan gunung es raksasa. Sungguh ironis, Titanic justru karam dalam pelayaran perdananya!

Bahkan Thomas Andrews, si pencipta kapal itu sendiri tidak mampu menyelamatkan kapal rancangannya. Hanya 705 orang dari 2.235 penumpang yang selamat. Itu pun diselamatkan oleh kapal tua Carpathia yang kebetulan lewat.

Sering kali kita jumpai, kesombongan membuat sebagian orang sulit untuk menerima teguran. Teguran dan peringatan sering kali diasosiasikan sebagai kelemahan atau aib (sesuatu yang memalukan). Padahal sebuah kalimat bijak berkata, “Lebih baik teguran yang nyata-nyata daripada kasih yang tersembunyi” (Amsal 27:5).

Bagaimanakah respons yang benar dalam menghadapi teguran? Raja Daud dalam Mazmur 119:14 menganggap peringatan Tuhan sama bahagianya dengan menerima harta benda. Seseorang hanya bisa bertumbuh lewat masukan, teguran, bahkan peringatan dari orang lain.

Ada dua manfaat dari teguran atau peringatan. Pertama, peringatan membuat kita hidup. Andai kapten kapal Titanic mendengar peringatan bahaya dari petugas menara pengintai, mungkin saja Titanic tidak akan tenggelam.

Kedua, peringatan memberi kita pengetahuan. Orang yang bersedia ditegur, pengetahuannya akan bertambah. Ia akan bertambah bijaksana dan langkah hidupnya akan semakin tertata.

Doa:
Tuhan, dalam kelemahanku, aku sering tidak siap untuk menerima teguran. Mampukan aku dengan rendah hati menerima setiap masukan. Amin.

Kata-kata bijak:
Tidak jarang Tuhan menggunakan badai untuk menarik perhatian kita, ketika angin sepoi tak lagi mempan.

* * *

Sumber: Manna Sorgawi, 11 Februari 2010

Di-online-kan oleh Paulus Herlambang.

=======

26 Januari 2010

Berani Bermimpi

Semua orang tentu sudah pernah bermimpi. Orang berkata bahwa mimpi adalah bunga tidur. Maka, bukan hal yang mengherankan kalau kita bermimpi pada saat tidur.

Tetapi pernahkah kita bermimpi pada saat terjaga? Mimpi yang ini adalah mimpi yang kita buat sendiri dengan menaruh harapan-harapan yang baik untuk masa depan.

Kita boleh bermimpi semau kita, namun perlu diketahui bahwa setiap mimpi ada konsekuensinya. Konsekuensinya yaitu kita harus benar-benar berusaha untuk menggapai mimpi tersebut. Inilah yang disebut berani bermimpi, bukan hanya mempunyai mimpi.

Berani bermimpi juga berarti siap menyongsong perubahan, entah perubahan itu sama seperti yang kita harapkan atau tidak.

Mungkin mimpi kita bertentangan dengan logika masyarakat di sekeliling kita. Sebagai contoh, Yves Rossy berani bermimpi untuk bisa terbang seperti burung. Tentu saja tidak sedikit orang yang mencemooh mimpi gila ini. Tetapi dia terus berusaha, dan akhirnya pada tanggal 26 September 2008 dia berhasil membuat sayap jet yang dapat membawanya terbang melintasi Inggris-Perancis.

Ada lima perbedaan kualitas antara orang yang berani bermimpi dengan orang yang hanya mempunyai mimpi, yaitu:

Pertama, orang yang berani bermimpi bergantung pada disiplin diri untuk meraihnya, sedangkan orang yang hanya mempunyai mimpi bergantung pada keberuntungan. Seorang yang berani bermimpi mempunyai disiplin yang kuat untuk merealisasikan mimpinya.

Kedua, pribadi yang berani bermimpi tetap fokus pada proses pencapaian, sedangkan orang yang hanya mempunyai mimpi fokus pada hasil akhir, enggan melewati proses.

Ketiga, seorang yang berani bermimpi mencari alasan untuk bertindak, sedangkan seorang yang hanya mempunyai mimpi mencari alasan untuk mengeluh. Seorang yang berani bermimpi memfokuskan diri pada tindakan yang makin mengarahkan kepada mimpinya.

Keempat, seorang yang berani bermimpi selalu mengambil inisiatif, sedangkan orang yang hanya mempunyai mimpi selalu menunggu. Dia akan menunggu waktu yang baik, hari yang baik, kesempatan yang lebih baik, peluang yang lebih baik, rekan yang baik, tempat yang baik, dan hal baik lainnya, yang selalu menjadi prakondisi untuk mewujudkan mimpinya. Tetapi seorang yang berani bermimpi, dalam kondisi atau situasi apa pun orang ini selalu mengambil inisiatif. Apa yang belum ada, maka dia akan berusaha keras untuk mencari atau bahkan menciptakannya.

Kelima, seorang yang berani bermimpi selalu menganggap bahwa dirinyalah yang bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi, sedangkan seorang yang hanya mempunyai mimpi menganggap bahwa yang terjadi adalah tanggung jawab orang lain.

Siapakah anda, seorang yang berani bermimpi atau yang hanya mempunyai mimpi?

-----

Kata-kata bijak:
Mimpi bukan untuk ditunggu, tetapi harus diupayakan supaya tergenapi.

* * *

Sumber: Manna Sorgawi, 26 Januari 2010

Di-online-kan oleh Paulus Herlambang.

=======

Artikel Terbaru Blog Ini