Beberapa waktu yang lalu, dari Miami muncul banyak cerita menyedihkan tentang para pengungsi yang berasal dari Kuba. Mereka harus meninggalkan rumah, pekerjaan, semua barang, serta teman-teman yang mereka cintai di Kuba supaya dapat mempertahankan hak sebagai orang yang merdeka.
Salah satu cerita yang menarik adalah tentang seorang pria yang pernah menduduki jabatan tinggi di kantor bea cukai dan imigrasi Kuba. Pria ini pulang ke Miami dan melamar pekerjaan di salah satu hotel di sana. Ia berharap akan diterima sebagai pesuruh atau salah seorang pencuci piring di hotel ternama tersebut.
Saat bertemu dengan Kepala Personalia ia tidak mengenalnya, tetapi si Kepala Personalia itu mengenalnya.
“Bukankah Anda dulu bekerja di kantor imigrasi Kuba? Saya ingat, tiga tahun yang lalu saat mengunjungi Kuba saya mendapat kesulitan di imigrasi. Waktu itu semua jawaban yang saya berikan kepada teman Anda malah mempersulit posisi saya. Kemudian ada seorang pegawai yang sedikit aneh datang dan membantu saya. Orang itu adalah Anda, benar kan?” tanya si Kepala Personalia.
“Ya,” jawab pria itu dengan kepala tertunduk karena berpikir bahwa ia tidak akan mendapatkan pekerjaan di hotel tersebut.
“Anda tentu tidak tahu pergolakan di dalam hati saya saat itu. Namun ketika saya tahu bahwa saya tidak jadi dikirim ke penjara, saya sangat bersyukur sehingga saya menawarkan uang $100 kepada Anda. Anda menolaknya dan berkata bahwa Anda lebih suka mendapat seorang teman daripada uang $100. Sekarang di hotel ini Anda mempunyai seorang teman. Selamat, Anda diterima sebagai pegawai di posisi mana pun Anda ingin ditempatkan,” katanya sambil mengulurkan tangan.
Kemurahan hati adalah benih yang akan menghasilkan buah pada waktunya. Tidak ada kemurahan hati atau perbuatan baik yang sia-sia jika dilakukan dengan hati yang tulus. Nyatakan kemurahan hati kita dengan benar dan dengan motivasi yang tulus.
* * *
Sumber: Manna Sorgawi, 14 Agustus 2010 (diedit seperlunya)
Di-online-kan oleh Paulus Herlambang.
==========