11 Februari 2010

Andai Titanic Mendengar

Ketika melihat para awak kapal mengangkat bagasi dari bawah, Nyonya Albert Caldwel bertanya, “Benarkah kapal ini tidak bisa tenggelam?” “Benar, Nyonya,” jawab salah seorang di antaranya. “Bahkan Tuhan sendiri tak mungkin menenggelamkan kapal ini.”

Dua hari kemudian, kapal yang diberangkatkan dari Pelabuhan Southampton, Inggris menuju New York itu memasuki kawasan Grand Banks, sebuah kawasan berbahaya karena banyak gunung es bawah laut.

Pada 14 April 1912, dua puluh menit sebelum pukul 24.00 tengah malam, kapal pesiar mewah Titanic menyerempet gunung es dan akhirnya tenggelam tiga jam kemudian.

Awalnya Frederick Fleet, petugas menara pengintai melihat sesuatu yang gelap menghadang di depan. Mula-mula kecil, lama-kelamaan bertambah besar. Ia segera membunyikan bel bahaya.

“Fleet, apa yang kamu lihat?” tanya kapten kapal. “Gunung es di depan.” “Terima kasih,” jawab suara itu lagi, santai, seolah-olah tidak ada yang terjadi.

Bahkan ketika kapal menyerempet gunung es itu, sang kapten, Edward J. Smith, sama sekali tidak mengurangi kecepatan kapal. Titanic tetap melaju dengan kecepatan 22,5 knot, sekitar 45 km per jam, tanpa ada gerakan menghindari maut yang menanti di depan.

Kapal mewah yang mengklaim diri “tidak bisa tenggelam” itu seolah ingin menguji dirinya melawan gunung es raksasa. Sungguh ironis, Titanic justru karam dalam pelayaran perdananya!

Bahkan Thomas Andrews, si pencipta kapal itu sendiri tidak mampu menyelamatkan kapal rancangannya. Hanya 705 orang dari 2.235 penumpang yang selamat. Itu pun diselamatkan oleh kapal tua Carpathia yang kebetulan lewat.

Sering kali kita jumpai, kesombongan membuat sebagian orang sulit untuk menerima teguran. Teguran dan peringatan sering kali diasosiasikan sebagai kelemahan atau aib (sesuatu yang memalukan). Padahal sebuah kalimat bijak berkata, “Lebih baik teguran yang nyata-nyata daripada kasih yang tersembunyi” (Amsal 27:5).

Bagaimanakah respons yang benar dalam menghadapi teguran? Raja Daud dalam Mazmur 119:14 menganggap peringatan Tuhan sama bahagianya dengan menerima harta benda. Seseorang hanya bisa bertumbuh lewat masukan, teguran, bahkan peringatan dari orang lain.

Ada dua manfaat dari teguran atau peringatan. Pertama, peringatan membuat kita hidup. Andai kapten kapal Titanic mendengar peringatan bahaya dari petugas menara pengintai, mungkin saja Titanic tidak akan tenggelam.

Kedua, peringatan memberi kita pengetahuan. Orang yang bersedia ditegur, pengetahuannya akan bertambah. Ia akan bertambah bijaksana dan langkah hidupnya akan semakin tertata.

Doa:
Tuhan, dalam kelemahanku, aku sering tidak siap untuk menerima teguran. Mampukan aku dengan rendah hati menerima setiap masukan. Amin.

Kata-kata bijak:
Tidak jarang Tuhan menggunakan badai untuk menarik perhatian kita, ketika angin sepoi tak lagi mempan.

* * *

Sumber: Manna Sorgawi, 11 Februari 2010

Di-online-kan oleh Paulus Herlambang.

=======

Artikel Terbaru Blog Ini