30 Juli 2010

Marah sebagai Sumber Petaka

Bagaimana cara menangkap kepiting? Ambillah sebatang bambu yang diikat tali dan di ujung tali yang lain diikatkan sebuah batu kecil. Ayunkan bambu agar batu di ujung tali terayun menuju kepiting yang diincar, dengan tujuan untuk mengganggunya.

Tindakan yang dilakukan berkali-kali ini akan membuat kepiting itu marah dan menjepit tali dengan capitnya yang kuat. Ketika capit kepiting menjepit, kita harus segera menarik tali dan mengangkat mangsa yang sedang marah itu. Kemudian memasukkannya ke wadah yang sudah disiapkan dan segera memutuskan talinya.

Setelah itu kita bisa memasak kepiting sesuai menu yang diinginkan dan menikmati dagingnya yang lezat. Si kepiting menjadi menu di meja makan karena sifatnya yang gampang marah.

Kita sering melihat banyak orang jatuh dalam kesulitan atau berbagai-bagai masalah, kehilangan peluang dan jabatan karena tidak bisa mengendalikan amarahnya. Marah adalah salah satu bentuk emosi yang negatif, yang jika diikuti akan membuat kita tidak bisa berpikir sehat.

Ketika kita mengikuti emosi yang meledak-ledak, kita tidak sadar bahwa kita sudah mengeluarkan kata-kata yang melukai orang-orang yang sebenarnya tidak ingin kita lukai. Ketika emosi negatif itu kita luapkan, kita kehilangan kendali dan bersikap tidak santun.

Karena sejak kecil tidak dibiasakan mengendalikan emosi negatifnya yang suka meledak-ledak, seorang gadis menjadi terbiasa marah dalam setiap situasi, yang sebenarnya tidak perlu direspons dengan kemarahan.

Sifatnya yang suka marah dan “jutek” membuat orang di sekelilingnya enggan untuk berinteraksi dengannya, orang takut menjadi korban emosinya yang sering meledak tidak pada tempatnya. Aura si pemarah memancarkan permusuhan, sedangkan hidup mereka yang suka mengendalikan emosinya memancarkan kedamaian.

Alangkah ruginya jika kita kehilangan kesempatan untuk memberi dan menerima kasih, membangun hubungan yang harmonis dengan banyak orang hanya karena kita terlalu cepat marah. Label “pemarah” akan membuat kita menjadi orang yang “terpenjara” di dalam jeruji emosi yang kita bangun sendiri, yang memisahkan kita dari situasi hidup yang normal.

Dalam studi yang dipublikasikan di Amerika, dilaporkan bahwa wanita yang memiliki lebih banyak emosi negatif, yaitu perasaan tertekan, terasing, bermusuhan, atau pesimis, mempunyai tekanan darah lebih tinggi. Ini mengindikasikan menyebarnya peradangan pada tubuh. Peradangan kronis dipercaya menyebabkan sejumlah penyakit dalam periode tertentu, termasuk penyakit jantung dan kanker.

Orang yang memiliki kasih pasti dapat menguasai diri, termasuk penguasaan diri atas emosi. Orang yang dapat menguasai dirinya akan berbahagia, karena dikatakan: berbahagialah orang yang membawa damai, mereka akan disukai banyak orang. Karena itu kendalikanlah emosi negatif kita!

-----

Kata-kata bijak:
Si pemarah menambah musuh karena emosinya, si pendamai menambah sahabat karena kasihnya. ~Ester Chim~

* * *

Sumber: Manna Sorgawi, 30 Juli 2010 (diedit seperlunya)

Di-online-kan oleh Paulus Herlambang.

==========

Artikel Terbaru Blog Ini