21 September 2010

Menjadi Penyemangat

Sukarsih adalah seorang gadis sederhana yang mempunyai bakat menyanyi. Oleh orangtuanya, ia dititipkan di rumah kakaknya yang tinggal di sebuah kota, yang kebetulan adalah seorang pemusik.

“Ah, pasti Sukarsih akan menjadi penyanyi terkenal,” kata ayahnya di dalam hati. Tetapi lama ditunggu, Sukarsih belum muncul juga sebagai penyanyi terkenal.

“Ya sudahlah, mungkin itu bukan nasibnya,” kata sang ayah. Dia pun bermaksud menjemput Sukarsih pulang ke desa. Tetapi oleh kakaknya yang lain, Sukarsih malah ditahan dan diminta tinggal di rumahnya.

Kakaknya ini adalah seorang tukang bangunan. Namun apa yang terjadi? Setelah beberapa bulan Sukarsih sudah tampil di panggung-panggung hiburan dan menyanyi di sana. Bahkan sudah ada seorang produser yang mengajaknya untuk rekaman. Tentu saja ini membuat sang ayah heran.

Ketika Sukarsih pulang ke desa, sang ayah bertanya kepada Sukarsih dan ia pun menjawab, “Waktu di rumah kakak yang pemusik, saya tertekan karena selalu disalahkan. Dia tidak pernah mendengarkan saya. Memang dia pintar musik, mengerti nada, tetapi tidak mengerti perasaan saya.”

“Kakak yang tukang bangunan memang tidak tahu apa-apa tentang musik, tapi dia mendorong saya untuk berani menyanyi di depan orang lain. Sampai suatu ketika, seorang teman kakak yang sengaja didatangkan ke rumah mendengar suara saya. Dialah yang membawa saya untuk menyanyi dari panggung ke panggung. Sekarang saya sedang menunggu waktu untuk rekaman.”

Maju tidaknya seseorang memang tergantung pada dirinya sendiri. Tetapi perlu diingat bahwa setiap orang bisa menjadi pendukung atau penghambat bagi kemajuan orang lain, secara khusus dalam perkembangan anak atau adik kita. Itu tergantung dari sikap dan perlakuan kita kepadanya.

Perkataan dan tingkah laku kita bisa membangun atau menghancurkannya. Mereka bisa memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan tidak pernah takut untuk maju menghadapi apa pun yang terjadi dalam hidup ini.

Tetapi, juga ada banyak anak yang sebenarnya pandai dan berbakat namun tidak pernah berhasil mencapai puncak prestasi mereka karena gambar diri mereka sudah hancur dan mereka tidak punya keberanian untuk maju. Ini disebabkan karena kurang adanya dukungan dari anggota keluarga, khususnya orangtuanya.

Hal ini juga berlaku dalam hubungan antar-anggota di dalam suatu organisasi. Banyak bakat dan karunia yang terpendam sia-sia karena sikap pemimpin, pengurus, dan aktivis lainnya yang kurang mendukung dan memberi peluang kepada anggota untuk bisa lebih maju.

Ada rasa enggan mengajari, takut tersaingi, tidak mau membuang waktu, dan sebagainya, yang berakibat tidak terjadi regenerasi dan kegiatan organisasi berjalan terseok-seok. Mari, jadilah penyemangat bagi orang lain, doronglah mereka!

-----

Kata-kata bijak:
Dengan bahasa mulut dan bahasa tubuh, kita bisa menjadi penyemangat bagi kesuksesan orang lain.

* * *

Sumber: Manna Sorgawi, 21 September 2010 (diedit seperlunya)

Judul asli: Butuh Penyemangat

Di-online-kan oleh Paulus Herlambang.

==========

Artikel Terbaru Blog Ini