Namun, sesungguhnya cobaan tak hanya berkaitan dengan kesusahan. Sebaliknya, situasi menyenangkan juga bisa jadi sasaran empuk cobaan. Salah satu contohnya adalah seperti yang dialami oleh (Nabi) Yusuf.
Keberhasilan Yusuf di rumah Potifar berkat penyertaan Tuhan sungguh mengagumkan. Kepercayaan yang diterimanya kian besar. Di kalangan pekerja di rumah itu, ia beranjak dari tingkat paling rendah sampai ke puncak.
Wewenangnya untuk mengurus segala sesuatu begitu besar, hingga secara dramatis dilukiskan bahwa tuannya itu "tidak usah lagi mengatur apa-apa selain dari makanannya sendiri."
Dipandang dari segi karier, Yusuf sedang berada di puncak. Kondisi itu disempurnakan oleh penampilannya yang memikat: "manis sikapnya dan elok parasnya." Di saat seperti itulah cobaan datang. Istri majikannya melancarkan rayuan.
Yusuf dirayu oleh istri Potifar. |
Dalam arti tertentu, cobaan di puncak keberhasilan malah lebih berbahaya. Banyak umat Tuhan terjatuh saat menapaki puncak kesuksesan. Tak tahan menanggung buaian kenikmatan.
Ketika masih sengsara ditanggung bersama istri tercinta, tetapi ketika jaya lupa diri dan mengkhianati istri setianya. Ketika krisis rajin beribadah, tetapi menghilang tatkala krisis berlalu. Menyalahgunakan jabatan justru dilakukan ketika kepercayaan yang diberikan makin besar.
Cobaan bisa datang dari dua sisi: ketika kita sedang menderita dan ketika sedang senang. Kita perlu berhati-hati. Libatkan Tuhan dalam melawan cobaan, sebab Dia sumber kemenangan. —PAD
Mintalah kekuatan dari Tuhan untuk menanggung cobaan, baik pada waktu susah maupun pada waktu senang.
NB: Cobaan = sesuatu yang dipakai untuk menguji (ketabahan, iman, dsb). ~Kamus Besar Bahasa Indonesia~
* * *
Sumber: e-RH, 21/7/2011
(diedit seperlunya)
==========