04 April 2013

Tidak Mencari “Kambing Hitam”

Secara mengejutkan direktur CIA, David Petraeus, mengundurkan diri setelah 14 bulan menjabat. Padahal selama ini Petraeus dikenal sebagai jenderal yang bersih dan disegani. Ia sukses memimpin misi Amerika Serikat di Irak dan Afganistan.

Namun apa mau dikata? Petraeus terlibat perselingkuhan dengan penulis biografinya yang juga adalah seorang jurnalis, Paula Broadwell.

Sebagai seorang jenderal dan pejabat CIA, urusan perselingkuhan bukan hal main-main, sehingga ia memutuskan untuk mundur dari jabatannya.

Petraeus berani secara terbuka mengakui kesalahannya. Ia tidak sibuk mencari pembenaran dan minta dimaklumi atas perselingkuhannya, apalagi mencari “kambing hitam” demi melindungi dirinya.

KIRI KE KANAN: Jenderal David Petraeus, istrinya Holly Petraeus, dan kekasihnya Paula Broadwell.

Mencari “kambing hitam” sudah dilakukan manusia sejak zaman dahulu. Ketika Adam dan Hawa melanggar perintah Tuhan, mereka tidak berani mengakui kesalahan di hadapan Tuhan. Keduanya mencari “kambing hitam” untuk menutupi kesalahan mereka.

Adam menimpakan kesalahan kepada Hawa, begitu pula Hawa langsung melempar kesalahan kepada ular. Mereka tidak mau bertanggung jawab atas perbuatan mereka. Mereka ingin bebas dan cari aman sendiri.

Penyakit “Mencari Kambing Hitam” masih menjangkiti manusia sampai sekarang. Sering terjadi pada para penguasa, karena mereka memiliki beberapa anak buah untuk dijadikan “kambing hitam”. Sedangkan pada sesama pekerja, hal ini bisa terjadi dengan mencari rekan kerja lainnya untuk dijadikan “kambing hitam”.

Sikap menyalahkan orang lain adalah sifat yang egois, karena tidak mau mengakui kesalahan, meskipun sudah jelas kesalahannya diketahui orang. Sikap ini juga menandakan bahwa orang tersebut tidak bersedia belajar dari kesalahannya.

Tuhan menghendaki kita umat-Nya menjadi orang yang berjiwa besar, berani bertanggung jawab terhadap segala perkataan dan perbuatan kita, termasuk di dalamnya berani mengakui kesalahan.

Melakukan kesalahan memang memalukan. Namun lebih memalukan kalau tidak berani mengakui kesalahan.

* * *

Penulis: Pdt. Wiji Astuti | KristusHidup.org, 3/4/2013

(diedit seperlunya)

==========

Artikel Terbaru Blog Ini