Ketika kita mengemudi kendaraan, pandangan kita terutama terfokus pada hal-hal yang ada di depan kita. Kita memerhatikan kendaraan lain yang melintas, jalan yang mungkin berlubang, juga manusia atau hewan yang bisa saja tiba-tiba menyeberang.
Sesekali saja kita harus menengok ke kaca spion untuk memastikan tidak ada kendaraan yang sedang mengejar kita karena suatu keperluan, atau barangkali ada kendaraan yang ingin mendahului kita pada saat kita ingin berbelok.
Demikian juga dengan cara kita menjalani hidup. Sebaiknya kita mengarahkan pandangan ke depan, berfokus pada apa yang menjadi cita-cita kita pada masa yang akan datang disertai rasa optimistis, doa, dan kerja keras.
Masa lalu —rentetan kejadian yang sudah tidak bisa diubah lagi— kita gunakan sebagai pelajaran untuk menyongsong masa depan. Masa lalu adalah sejarah yang memberi kita pengalaman berharga agar kita lebih bijaksana dan hati-hati pada masa kini dan nanti.
Kita semua memiliki masa lalu. Ada yang gemilang sehingga orang seakan ingin terus memeluknya. Ada pula yang menimbulkan trauma sehingga orang terus dihantui oleh bayangan buruk.
Kedua sikap itu sama-sama tidak sehat. Entah baik entah buruk, kita perlu belajar melepaskan masa lalu, agar kita dapat melanjutkan hidup dengan cara yang bermakna dan meraih pencapaian yang maksimal.
Mari kita mengarahkan pandangan ke masa depan dan menjadikan masa lalu sebagai acuan untuk menjadi orang yang lebih baik pada masa kini dan nanti.
Masa lalu seharusnya menjadi pendorong untuk maju, bukannya beban yang membuat langkah kita tertahan.
* * *
Penulis: Riris Ernaeni | e-RH, 3/4/2013
(diedit seperlunya)
==========