13 April 2013

Broken Square

Broken square adalah sebuah game (permainan) yang dimainkan dalam kelompok, yang tidak cuma mengasyikkan dan bikin penasaran, tetapi juga memberikan insight yang berguna bagi para pemainnya.

Permainan yang dimainkan oleh kelompok terdiri dari lima orang ini memberikan tugas kepada setiap pemain untuk menyusun square (bujur sangkar) dari potongan-potongan kayu/kertas yang ada.


Para pemain hanya boleh memberikan potongan kertas/kayu kepada anggota kelompoknya, tidak boleh meminta potongan kayu/kertas milik anggota kelompok.

Permainan ini makin menggemaskan karena selama bermain, pemain tidak diperbolehkan berkomunikasi baik secara verbal maupun nonverbal.

Banyak insight yang diperoleh dari permainan ini. Salah satu yang terpenting adalah melatih kepekaan akan kebutuhan orang lain.

Kunci keberhasilan permainan ini terletak pada kepekaan pemain akan kebutuhan teman dalam kelompoknya. Seorang pemain seharusnya memberikan potongan kayu/kertas yang sesuai dengan kebutuhan anggota kelompoknya.

Di sinilah daya tarik permainan ini, sebab biasanya seorang pemain memberikan potongan kayu/kertas karena dia tidak membutuhkan potongan kayu/kertas itu.

Dengan kata lain, dia segera "menyingkirkan" potongan kayu/kertas itu, dengan cara memberikannya kepada anggota kelompok, daripada potongan tersebut menjadi penghalang bagi dirinya untuk menyusun bujur sangkarnya sendiri.


Bukankah dalam kehidupan sehari-hari sering kali kita juga melakukan hal yang sama? Kita memberikan sesuatu kepada sesama bukan karena sesama kita itu membutuhkan barang tersebut, tetapi karena kita sudah tidak lagi memerlukan barang itu, bahkan mungkin akan memenuhi rumah kita saja, atau almari kita.

Sering kali pula kita memberikan sesuatu asal saja. Bayangkan apa jadinya kalau kita memberikan kacang, bahkan marning jagung kepada seseorang yang tidak memiliki gigi alias ompong?

Tuhan memiliki kepekaan yang luar biasa terhadap kita. Dia selalu bisa melihat kebutuhan kita.

Apa kebutuhan kita saat ini? Mungkin orang lain, bahkan keluarga kita sendiri, tidak bisa melihat dan merasakannya, tetapi jangan berkecil hati sebab Tuhan bisa melihat kebutuhan kita dan akan memenuhi-Nya.

Di samping itu, kita diminta agar memiliki kepekaan untuk melihat kebutuhan orang lain sehingga kita bisa memedulikan mereka, memberikan sesuai dengan kebutuhan mereka yang pasti akan bermanfaat bagi mereka.

Kalau mau serius, upaya mengasah kepekaan ini bukanlah hal yang gampang. Tetapi, marilah kita dengan bantuan Tuhan melakukannya sebagai ungkapan syukur kita kepada Dia yang terlebih dahulu memedulikan kita.

Sudahkah aku memiliki kepekaan terhadap kebutuhan orang lain di sekitarku?

* * *

Penulis: Liana Poedjihastuti | KristusHidup.org, 12/4/2013

(diedit seperlunya)

==========

Artikel Terbaru Blog Ini