18 April 2013

Mendobrak Alasan

Alkisah seekor kancil menyapa siput sambil menertawakannya, "Hei lamban, mau ke mana kamu? Kau ini apa bisa berguna, berjalan cepat saja kau tak bisa!"

Kata-kata itu melukai hati siput, sehingga ia hanya diam. Karena olokannya tak dijawab, kancil terus mengulanginya. Dan, semakin sering siput mendengarnya, semakin sakit hatinya. Bahkan, ia menjadi yakin dirinya tak berguna!

Dianggap kecil dan tak berguna, bisa mengecilkan nyali. Itulah yang dirasakan oleh Gideon, saat Tuhan mengutusnya berperang menyelamatkan bangsa Israel dari tangan orang Midian (Hakim-hakim 6:11-16).

Malaikat Tuhan menemui Gideon.

Ia mengusung kemudaannya sebagai alasan, seolah-olah Tuhan tidak melihatnya. Faktanya, kaum keluarga Gideon memang yang paling kecil di antara suku Manasye. Ditambah lagi, dirinya adalah orang paling muda dalam keluarganya.

Bagi Gideon, dua fakta ini menegaskan bahwa ia bukan siapa-siapa yang bisa berbuat banyak untuk Israel yang besar. Ah, lupakah Gideon, siapa yang memerintahkannya untuk maju?

Tuhan tentu tahu kemudaan Gideon. Ia tak mungkin lupa bahwa kaum Gideon adalah yang terkecil. Ia juga hafal orang-orang yang lebih pandai berperang dibanding Gideon.

Tetapi Tuhan memberi kemenangan kepada Gideon dan orang-orangnya, yang jumlahnya tidak sebanding dengan jumlah orang Midian.

Seperti Gideon, pernahkah kita berhadapan dengan "ketetapan Ilahi" yang tampak tidak masuk akal?

Mungkin di saat seperti itu kita ingin mengajukan berbagai alasan kepada Tuhan. Kita memaparkan ketidakmampuan dan kelelahan kita, bahkan merasa lebih kecil dibanding orang lain.

Ingatlah, Tuhan lebih tahu semuanya tentang kita! Hanya, maukah kita menyerahkan diri di tangan-Nya? —HA

Jika kita mau dipakai oleh-Nya, Tuhan dapat bekerja luar biasa melalui kita, dengan kuasa-Nya.

* * *

Sumber: e-RH, 8/8/2011

(diedit seperlunya)

==========

Artikel Terbaru Blog Ini