15 Desember 2012

Mengutamakan Kejujuran

Alkisah seorang raja sedang mencari pengawas kebun kerajaan dengan cara yang unik. Tiap pelamar diberi sekantong biji untuk ditanam di rumah masing-masing selama waktu tertentu.

Seorang pemudi ikut mendaftar dengan semangat. Biji dari raja ditanamnya hati-hati, disiramnya tiap hari. Namun, betapa sedih hatinya melihat biji itu tak kunjung tumbuh.

Ketika tiba batas waktu untuk melapor ke istana, ia melihat orang-orang membawa tanaman yang indah-indah. Setengah menangis ia mohon ampun kepada raja, karena biji itu tidak mau tumbuh sekalipun ia telah merawatnya tiap hari.


Raja menepuk pundaknya dan berkata, "Semua biji yang kuberikan sebenarnya sudah dipanggang, jadi tidak mungkin tumbuh. Entah dari mana tanaman-tanaman yang mereka bawa itu. Terima kasih sudah membawa kejujuranmu. Hari ini juga kamu resmi menjadi pengawas kebun kerajaanku."

Kejujuran tak hanya menunjukkan ketulusan hati, tetapi juga sikap menghormati orang lain. Karena hormat, kita tidak mau menipu orang itu. Lebih dari menghormati sesama, sesungguhnya sikap jujur berarti menghormati Tuhan.

Ketika seseorang berdusta, ia sebenarnya sedang menghina Tuhan Yang Mahatahu. Memang bersikap jujur di tengah dunia yang sarat ketidakjujuran bisa dipandang sebagai suatu kebodohan di mata manusia. Namun tidak di mata Tuhan. Orang yang jujur justru menunjukkan kesetiaan dan kebaikan di hadapan-Nya.

Ketika diperhadapkan pada pilihan untuk jujur atau tidak, ingatlah bahwa kita tidak saja sedang berurusan dengan manusia, tetapi juga dengan Tuhan. Manusia tidak serbatahu, tetapi Tuhan tahu apakah kita sedang menghormati-Nya atau tidak. —ELS

Jujur itu menghormati Tuhan. Menyatakan bahwa Dia Mahatahu dan menyukai kebenaran.

* * *

Sumber: e-RH, 15/12/2012 (diedit seperlunya)

Judul asli: Karena Menghormati Tuhan

==========

Artikel Terbaru Blog Ini