Pak Lim, di usianya yang sudah 60-an, bekerja di sebuah hotel bintang lima di Singapura. Tugasnya memastikan engsel-engsel pintu di setiap kamar hotel itu berfungsi dengan baik.
Itu harus ia lakukan setiap hari. Padahal ada 600 kamar di situ! Dan, ketika engsel-engsel pintu di kamar ke-600 selesai dicek, ia harus kembali ke kamar pertama! Begitu terus-menerus.
Ketika ditanya, apa yang membuatnya tetap teliti dan tak bosan bekerja, ia mengaku telah menemukan makna di balik pekerjaannya yang tampak menjemukan. Bahwa setiap tamu hotel bintang lima itu pasti seorang kepala keluarga atau pemimpin perusahaan yang memiliki banyak staf.
Andai terjadi kebakaran, dan salah satu engsel pintu tak berfungsi sehingga tamu terkunci dan tewas di situ, maka kerugiannya akan sangat besar. Tak hanya bagi hotel, tetapi juga bagi keluarga, perusahaan, dan banyak karyawan yang hidupnya dipengaruhi oleh peran sang tamu.
Jadi, Pak Lim tak sekadar bekerja memeriksa engsel, tapi menyelamatkan nyawa para kepala keluarga dan pemimpin perusahaan.
Mari cermati pekerjaan kita. Tak hanya apa yang tampak dari luar, melainkan makna yang mendasarinya sehingga pekerjaan itu penting untuk dikerjakan.
Orang yang tak mengerti makna pekerjaannya bisa merasa jemu dan sia-sia bekerja. Akan tetapi, umat Tuhan perlu memahami makna pekerjaannya.
Pertama, Tuhan sendiri yang memanggil kita untuk bekerja – tentu bekerja yang halal, bukan yang cemar.
Kedua, Tuhan mau kita menjadi berkat bagi sesama, melalui pekerjaan kita.
Ketiga, Tuhan rindu kita bersaksi bahwa Tuhan memelihara, karena dengan bekerja kita tak bergantung kepada orang lain. —AW
Temukan nilai kekal dalam pekerjaan kita agar setiap pekerjaan menjadi bermakna, tak pernah sia-sia.
* * *
Sumber: e-RH, 7/4/2011 (diedit seperlunya)
==========