Berawal dari permintaan untuk memberikan penjelasan ilmiah atas riset yang menyebutkan: “apabila air diberi kata-kata positif, air tersebut akan mengkristal dengan ‘cantik sekali’, tetapi akan terjadi sebaliknya apabila air tadi diberi kata-kata yang negatif”, Masaru Emoto yang tidak mampu memberikan penjelasannya, tertantang dan kemudian melakukan riset sendiri.
Dalam risetnya kala itu, Emoto menggunakan contoh: Toples A dan Toples B yang telah diisi nasi. Kemudian pada masing-masing toples tadi diberi tulisan.
Toples A diberi tulisan kata-kata positif, seperti: “terima kasih, kamu pintar, baik, I Love U, aku sayang kamu, atau kamu baik dan cantik. Dan Toples B diberi kata-kata negatif, seperti: “kamu bodoh, jelek, jahat”.
Toples A diberi tulisan kata-kata positif, seperti: “terima kasih, kamu pintar, baik, I Love U, aku sayang kamu, atau kamu baik dan cantik. Dan Toples B diberi kata-kata negatif, seperti: “kamu bodoh, jelek, jahat”.
Setelah ditempel kata-kata tersebut, setiap hari seluruh anggota keluarga berkata sesuai dengan kata-kata tadi kepada nasi di Toples A dan Toples B.
Hasilnya, dalam 2 minggu nasi dalam Toples B membusuk dan hitam. Tetapi untuk Toples A, nasi yang sudah tersimpan selama 3 minggu masih dalam keadaan putih meski sudah menjamur. Namun, ragi jamur tadi baunya wangi seperti Wine, tidak berbau busuk seperti pada Toples B.
Lebih lengkap mengenai penjelasan Masaru Emoto atas riset tersebut dapat anda baca dalam bukunya “The True Power of Water”.
Hasilnya, dalam 2 minggu nasi dalam Toples B membusuk dan hitam. Tetapi untuk Toples A, nasi yang sudah tersimpan selama 3 minggu masih dalam keadaan putih meski sudah menjamur. Namun, ragi jamur tadi baunya wangi seperti Wine, tidak berbau busuk seperti pada Toples B.
Lebih lengkap mengenai penjelasan Masaru Emoto atas riset tersebut dapat anda baca dalam bukunya “The True Power of Water”.
Nah, sekarang tolong dijawab pertanyaan berikut ini: “Benarkah sebuah kata mempunyai kekuatan, serta dapat menguasai diri kita?” Jawabnya: BENAR.
Ketika anda mengucapkan perkataan negatif tentang diri anda, sebenarnya anda telah mengutuki diri sendiri, dan semakin sering anda mengucapkannya maka semakin kuatlah cengkeraman kutuk itu.
Banyak orang tidak menyadari hal ini, dan menganggap bahwa keadaannya yang baru saat ini disebabkan oleh ketidakadilan yang ia peroleh, seperti: pendidikan yang rendah, kemiskinan, tubuh cacat, atau tidak tersedianya lapangan pekerjaan.
Jadi, mau mengakui atau tidak, sebenarnya perkataan kitalah penyebab dari penderitaan kita saat ini. Hati-hatilah dengan perkataan anda.
-----
Kata-kata bijak:
Berhati-hatilah dengan lidahmu, sebab apa yang kita ucapkan itulah yang akan kita tuai.
* * *
Sumber: Hikmat Profesi, 22 Januari 2011 (diedit seperlunya)
Di-online-kan oleh Paulus Herlambang.
==========
Ketika anda mengucapkan perkataan negatif tentang diri anda, sebenarnya anda telah mengutuki diri sendiri, dan semakin sering anda mengucapkannya maka semakin kuatlah cengkeraman kutuk itu.
Banyak orang tidak menyadari hal ini, dan menganggap bahwa keadaannya yang baru saat ini disebabkan oleh ketidakadilan yang ia peroleh, seperti: pendidikan yang rendah, kemiskinan, tubuh cacat, atau tidak tersedianya lapangan pekerjaan.
Jadi, mau mengakui atau tidak, sebenarnya perkataan kitalah penyebab dari penderitaan kita saat ini. Hati-hatilah dengan perkataan anda.
-----
Kata-kata bijak:
Berhati-hatilah dengan lidahmu, sebab apa yang kita ucapkan itulah yang akan kita tuai.
* * *
Sumber: Hikmat Profesi, 22 Januari 2011 (diedit seperlunya)
Di-online-kan oleh Paulus Herlambang.
==========