03 Februari 2013

Menjadi “Manusia Baru”

Penggunaan energi nuklir sebagai sumber energi alternatif saat ini masih memicu kontroversi yang sengit. Pihak yang mendukung mengedepankan manfaat energi nuklir, antara lain untuk mengurangi polusi udara karena emisi karbonnya rendah.

Sebaliknya, pihak yang menentangnya menyoroti bahaya radiasi nuklir bagi manusia dan lingkungan. Ancaman bahaya semakin nyata bila manusia mengembangkan program senjata nuklir.

Energi nuklir, dengan demikian, benar-benar harus dikelola secara hati-hati dan bijaksana.

energi nuklir

Sebagai orang percaya kita juga harus bersikap bijaksana dan berhati-hati dalam menjalani kehidupan. Kita dipanggil untuk hidup selayaknya “manusia baru”, yakni manusia yang mengenal Tuhan dan hidup bergaul dengan Dia.

Hidup sebagai “manusia baru” tak ayal (tak diragukan) mendatangkan berkat dan manfaat bagi sesama. Tetapi, sekalipun sudah diperbarui, kita masih dapat memilih untuk hidup dalam hawa nafsu dan keserakahan.

Pilihan yang buruk ini pada akhirnya mendatangkan pertikaian, fitnah, dan berbagai tindak kejahatan. Sebuah gaya hidup yang tidak pantas bagi seorang “manusia baru”, bukan?

manusia baru

Bagaimana kita belajar untuk hidup secara bijaksana dan berhati-hati? Dengan menyadari identitas kita sebagai “manusia baru”. “Manusia baru” bukanlah sumber bencana, melainkan sumber berkat bagi sesamanya.

Izinkanlah Roh Tuhan bekerja di dalam dan melalui kehidupan kita. Dia akan memampukan kita untuk mengasihi-Nya dan sesama sebagaimana Tuhan telah terlebih dahulu mengasihi kita. —JRT

Kita dipanggil untuk menjadi berkat dan memelihara kehidupan, bukan untuk menghancurkan dan mendatangkan bencana.

* * *

Sumber: e-RH, 3/2/2013 (diedit seperlunya)

Judul asli: Berkat, bukan Bencana

==========

Artikel Terbaru Blog Ini