Tak seorang pun senang dikritik. Kalaupun ada, mungkin hanya segelintir orang saja. Tapi sesungguhnya ada “kebenaran” di balik suatu kritik.
Di samping itu kritik yang objektif dapat membuat kita maju. Oleh karena itu, kritik tidak seharusnya membuat kita gusar, tetapi juga jangan ditelan bulat-bulat begitu saja.
Kritik harus dikaji secara cermat. Kritik yang jujur dapat mengembangkan kita. Tetapi, sebuah kritik yang tidak jujur akan melukai dan mencelakakan kita. Mari kita belajar dari cerita berikut ini.
Seorang pemilik kios ikan sangat bangga dengan papan nama yang baru selesai dibuat. Papan nama itu bertuliskan ‘Ikan Segar Dijual di Sini’.
Tak lama kemudian seorang pembeli bertanya, “Mengapa Anda menulis kata ‘segar’ pada papan itu? Apakah Anda tidak ingin menjual ikan yang lain?” Maka si pemilik kios ikan menghapus kata ‘segar’ sehingga hanya ada tulisan ‘Ikan Dijual di Sini’.
Kemudian orang lain berkata, “Mengapa Anda menuliskan kata ‘di sini’, bukankah itu sudah jelas?” Maka pemilik kios ikan itu pun menghapus kata ‘di sini’, sehingga sekarang hanya tersisa tulisan ‘Ikan Dijual’.
Seorang pembeli lain yang datang ke kios itu juga bertanya, “Mengapa menggunakan kata ‘dijual’? Anda tidak mungkin menaruh ikan-ikan di sini kalau tidak untuk dijual, bukan?” Dan pemilik kios ikan itu pun menanggalkan kata ‘dijual’ sehingga hanya ada kata ‘Ikan’.
“Pasti setelah ini tidak ada seorang pun yang dapat menemukan kesalahan pada kata ini,” pikir pemilik kios ikan itu.
Namun, ternyata dia keliru, karena kemudian muncul seseorang yang berkata, “Aku tidak melihat manfaat apa pun dari pemasangan papan nama dengan tulisan ‘Ikan’. Dari jauh orang-orang sudah dapat mencium baunya.”
Lagi-lagi, tapi kali ini untuk yang terakhir kalinya, pemilik kios ikan menghapus tulisan pada papan nama tersebut. Sehingga akhirnya kios ikan itu tidak mempunyai papan nama.
Barangkali cerita ini membuat kita tertawa geli. Tapi begitulah jika seseorang menanggapi semua kritik dengan mengikutinya bak kerbau dicucuk hidungnya.
Kita sering menerima kritik, tetapi tak jarang kita juga memberikan kritik. Ada seni memberi dan menerima kritik.
Jika kita menerima sebuah kritik, kajilah kebenarannya, ambil hikmahnya, untuk mengembangkan diri.
Pada pihak lain, jika kita memberikan kritik, berikanlah dengan jujur dan dengan cara yang baik untuk membangun orang lain. —Liana Poedjihastuti
Orang yang berhak untuk mengkritik adalah dia yang mempunyai hati untuk menolong. ~Abraham Lincoln
* * *
Sumber: KristusHidup.org, 22/2/2013 (diedit seperlunya)
==========