07 Februari 2013

Mahkota Sang Juara

Di Singapura rutin diadakan perlombaan lari maraton. Seorang teman saya pernah berpartisipasi dalam kegiatan itu. Ia memang tidak menjadi juara, tapi sebagai peserta yang berhasil melewati garis akhir ia berhak mendapatkan sebuah baju yang menandakan keberhasilannya tersebut.

Baju itu mendatangkan kebanggaan tersendiri baginya. Ia mengakui, baju itu mengingatkannya bahwa segala kerja kerasnya, baik dalam mempersiapkan diri maupun selama menempuh perlombaan ternyata tidak sia-sia.

lari maraton Singapura

Hal serupa juga dirasakan oleh para atlet lomba lari jarak jauh sepanjang masa. Pada zaman dahulu, sang juara akan disemati sebuah mahkota yang membuatnya disanjung oleh seluruh masyarakat.

Demi mendapatkan mahkota tersebut, seorang atlet akan mati-matian berjuang menanggung segala kesusahan, baik selama ia mempersiapkan diri maupun saat ia mengikuti perlombaan yang sesungguhnya.

Seperti itulah kita seharusnya menjalani hidup sebagai orang percaya. Mahkota yang kita kejar jauh lebih mulia daripada mahkota yang tersedia bagi para atlet lomba lari itu.

Untuk memperolehnya, banyak kesusahan dan tantangan yang menghadang dan berusaha meruntuhkan iman kita. Tantangan iman kita bermacam-macam. Bisa berupa peristiwa buruk, penganiayaan dari orang yang membenci iman kita, argumentasi yang menyerang kepercayaan kita, dan sebagainya.

Berhadapan dengan semua itu, sepatutnya kita tetap setia memelihara iman hingga Tuhan memanggil kita pulang ke rumah-Nya. —Alison Subiantoro

Kesetiaan kita bertahan dalam perjuangan iman akan terbayar oleh kemuliaan mahkota yang kita terima.

* * *

Sumber: e-RH, 7/2/2013 (diedit seperlunya)

==========

Artikel Terbaru Blog Ini