Seumpama Anda ingin memilih seseorang untuk melakukan suatu tugas besar, kompleks, dan berat yang menuntut tenaga, waktu, dan kecakapan yang tidak kecil, siapa yang akan Anda pilih? Tentu Anda tidak akan memilih dengan sembarangan atau “asal comot” bukan?
Anda akan memilih dengan hati-hati, menimbang-nimbang dengan saksama apakah orang itu cocok untuk tugas tersebut. Semakin besar tugas dan tanggung jawabnya, semakin teliti kita memilih orang yang akan melakukannya.
Maksudnya jelas, agar tugas tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil. Sepertinya demikian pula dengan Tuhan. Tentulah dengan kebijaksanaan-Nya, Ia memberi tugas khusus, berat, dan besar kepada orang-orang pilihan-Nya.
Di pihak lain, bagaimana respons orang yang dipilih untuk melakukan tugas berat itu? Paling tidak ada dua respons. Ada yang merasa mendapat kehormatan karena dipilih untuk menjalankan tugas itu, tetapi ada banyak juga yang merasa keberatan.
Demikian pula respons kita ketika mendapat cobaan berat. Ada yang bersyukur karena merasa mendapat kehormatan, tetapi lebih banyak yang mengeluh, mengomel, marah, merasa terganggu, dan keberatan.
Ada banyak orang menganggap cobaan adalah peristiwa atau kejadian yang menyakitkan, masalah, penderitaan, dan sejenisnya. Sering kali kita mendengar orang yang mengalami peristiwa sedih berkata, “Ini cobaan yang harus aku jalani.”
Peristiwa-peristiwa yang menyakitkan sesungguhnya layak untuk disyukuri karena oleh merekalah kita bertumbuh. Sayang tidak semua orang bisa menangkap hal ini. Lebih banyak yang berkeluh kesah, menggerutu, dan marah ketika peristiwa sedih datang menghampiri.
Peristiwa gembira memang membahagiakan, tetapi jarang menuntun pada pertumbuhan.
Peristiwa yang menyakitkan merupakan pelajaran bagi kita karena menyingkapkan banyak hal yang tidak kita ketahui sebelumnya, dan membuka peluang untuk bertumbuh.
Di-PHK, kehilangan, patah hati, penolakan, penyakit, bahkan kesalahan dan dosa kita sekalipun dapat membantu kita bertumbuh. Semuanya merupakan rahmat, tidak hanya bagi kita pribadi tetapi juga bagi orang lain. Di balik setiap cobaan tersembunyi rahmat besar bagi kita dan sesama.
Daripada mengeluh, marah, atau malah berputus asa, mari bersyukur atas cobaan (ujian) yang Tuhan berikan kepada kita. Betapa Tuhan sangat mencintai kita dengan memberikan cobaan yang berat itu karena Ia percaya bahwa kita dapat melakukan tugas-tugas besar. —Liana Poedjihastuti
Ingatlah peristiwa yang paling mengecewakan, menyedihkan dan menyakitkan yang pernah atau sedang Anda alami. Percayalah pasti ada rahmat pertumbuhan di baliknya. Cobalah untuk menemukan suatu peluang atau potensi untuk tumbuh yang dahulu tidak Anda lihat atau ketahui.
* * *
Sumber: KristusHidup.com, 16/3/12 (diedit seperlunya)
Judul asli: Mengapa Salibku Berat?
==========