09 Maret 2013

Jujur Itu Mujur

Ketika sampai di rumah, seorang pensiunan di kota Braunschweig, Jerman sangat terkejut. Ia membeli daging seharga Rp69.000, namun ternyata kantong yang dibawanya pulang berisi uang sebanyak Rp24.700.000.

Rupanya secara tak sengaja pegawai toko memberinya bungkusan yang salah. Segera ia menelepon polisi dan mengembalikan uang itu. Sebagai imbalan atas kejujurannya, ia mendapatkan hadiah sekeranjang sosis dan uang Rp1.200.000.


Firman Tuhan menyatakan bahwa kejujuran bukan hanya bermanfaat untuk orang yang bersangkutan, namun meluas ke lingkungan tempat tinggalnya.

Tindakan yang jujur bersumber dari hati yang tulus, kesediaan untuk mempraktikkan kebenaran, dan penghargaan pada proses kerja yang berbuah langgeng.

Orang fasik, sebaliknya, mengejar hasil yang melimpah secara manipulatif. Kejujuran mendatangkan berkat; kefasikan merusak masyarakat.

Komunitas apa pun tidak mungkin berkembang menjadi maju dan nyaman untuk didiami jika tidak dibangun di atas dasar kejujuran dan ketulusan warganya.

Menurut sebuah survei, keunggulan suatu negara dan kepuasan warganya tidak ditentukan oleh kekayaan alam yang mereka miliki. Penentunya adalah bangunan relasi masyarakat yang berlandaskan kejujuran, kerja keras, kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pemerintahan dan penegak hukum, serta adanya penghormatan terhadap hak asasi manusia.

Anda rindu bangsa Indonesia menjadi bangsa yang unggul? Sebagai orang beriman, kita dapat berperan dengan mengedepankan kejujuran dalam berkarya.

Kejujuran mendatangkan berkat. Kefasikan merusak masyarakat.

* * *

Penulis: Susanto

Sumber: e-RH, 9/3/2013

(diedit seperlunya)

==========

Artikel Terbaru Blog Ini