26 Juli 2012

Topeng

Topeng merupakan benda yang tak asing bagi kita. Dengan mudah kita bisa menemukan berbagai bentuk dan ukurannya di toko-toko, galeri benda seni, atau di beberapa rumah.

Ada orang-orang yang begitu mencintai topeng, sampai-sampai memiliki koleksi topeng. Terkait dengan seni pertunjukan, topeng digunakan orang saat menari, sandiwara, dan lain sebagainya. Bagi penjahat, topeng digunakan untuk menyembunyikan identitas diri.

Dari sudut pandang psikologi, topeng atau mask atau persona adalah bagaimana kita menampilkan diri atau memperlihatkan diri kita kepada dunia. Persona menunjuk pada semua “topeng sosial” yang berbeda-beda yang kita kenakan dalam situasi dan kelompok yang berbeda.

Topeng bertujuan melindungi ego dari negative images (kesan negatif). Menurut psikiater Swiss, Carl Gustav Jung, persona mungkin muncul dalam mimpi dan mengambil sejumlah bentuk yang berbeda-beda.

Semua orang dalam hidupnya, dalam kadar tertentu, mengenakan “topeng”. Lazimnya topeng digunakan untuk sopan santun. Ketika suasana membosankan, kita mengenakan topeng wajah nyaman.

Dalam kadar “tipis” atau “ringan” topeng memberi manfaat dalam membina relasi. Tetapi jika topeng digunakan secara terus-menerus, berlama-lama, dia akan menjadi semacam bentuk pertahanan diri (defense mehcanism), yang bisa menghambat pertumbuhan pribadi orang itu.

Topeng menyembunyikan wajah, menyembunyikan jati diri. Topeng atau permainan peran menyembunyikan perasaan dan diri kita yang sebenarnya.

Pertanyaannya adalah mengapa kita menyembunyikan diri kita? Mengapa kita tidak menginginkan orang lain mengetahui siapa diri kita? Yang lebih parah adalah mengapa kita takut terhadap diri sendiri?

Kita mengenakan topeng karena kita takut bersikap terbuka. Kita tidak mau terbuka karena takut terluka atau melukai orang yang kita sayangi.

Sesungguhnya keterbukaan merupakan kunci bagi pertumbuhan diri dan relasi dengan orang lain. Hanya dengan bersikap terbuka, menerima dan mencintai diri sendiri, barulah kita bisa terbuka, menerima, dan mencintai sesama.

Syukurlah Tuhan bisa melihat apa yang ada di balik topeng. Ia mengetahui rahasia hati. Kita tak perlu berpura-pura atau bermain peran di hadapan Tuhan. Kita bisa menjadi diri kita sendiri dan Tuhan tetap mencintai kita apa adanya.

Terbuka di hadapan Tuhan bukan hal yang mudah. Itu berarti mengizinkan Tuhan berkarya di dalam hidup kita: mengambil hal-hal yang tidak berkenan di mata-Nya, tetapi sekaligus memberikan hal-hal yang baik menurut Dia.

Bersediakah kita terbuka di hadapan hadirat-Nya? —Liana Poedjihastuti

* * *

Sumber: KristusHidup.com, 23/7/12 (diedit sedikit)

==========

Artikel Terbaru Blog Ini