Pagi itu diadakan sebuah acara pembekalan terhadap para karyawan yunior. Pertemuan tersebut membahas topik mengenai “komitmen”. Ketika diberikan kesempatan kepada peserta untuk memberikan tanggapan, tidak sedikit yang mengeluhkan sikap para senior atau pimpinan mereka yang berlaku keras terhadap para bawahannya.
Mereka berkata, “Bagaimana saya bisa menunjukkan komitmen dan kesetiaan sementara saya diperlakukan secara tidak adil?” “Saya merasa sangat tertekan karena dituntut untuk berkomitmen penuh, sementara atasan saya bersantai-santai,” sambung yang lain.
“Memang susah ya jadi bawahan, kita tidak bisa leluasa. Setiap kali saya mengemukakan ide, selalu saja dihentikan oleh atasan saya. Ingin rasanya saya berontak dan sekaligus keluar dari pekerjaan saya,” timpal yang lain. Pertemuan semakin ramai dan menjadi ajang untuk menumpahkan kekesalan terhadap atasan.
Setelah cukup banyak orang yang berkomentar, salah seorang peserta mulai angkat bicara, “Kita tidak akan pernah menjadi pemimpin yang baik jika kita tidak belajar menjadi bawahan yang baik.”
Ada pula peserta lain yang menambahkan secara panjang lebar bahwa dalam sebuah organisasi di mana masing-masing orang mengembangkan karier, ada tahap-tahap yang harus dilalui dengan setia.
Ketika anda sedang menjadi bawahan, jadilah bawahan yang taat kepada orang yang berwenang di atas anda. Semua itu merupakan proses yang harus dilalui. Bagaimanapun sakitnya sebuah pembentukan, itu akan memberikan pelajaran penting yang kelak akan membawa anda ke jenjang yang lebih tinggi.
Mengapa anda kesal, marah dan berontak, itu karena anda jarang sekali memandang tekanan yang anda alami dari sisi pembentukan Tuhan. Anda benci kepada atasan atau siapa pun yang berlaku keras dan anda berpikir bahwa mereka keterlaluan.
Tetapi pernahkah anda berpikir bahwa dalam kondisi seperti itu sebenarnya anda tidak sedang berurusan dengan orang tersebut, melainkan dengan Tuhan? Tuhan sering memakai orang lain seperti: atasan, rekan kerja, rohaniwan, guru ataupun orangtua untuk mengikis kesombongan anda dan mengajarkan kesabaran, keuletan serta kerendahan hati.
Dengan melihat masalah dari sisi yang berbeda, anda akan lebih bisa bersabar dan tekun menjalani pembentukan yang Tuhan kerjakan dalam hidup anda. Pada saat masih menjadi bawahan, jadilah bawahan yang baik dan taat. Jangan lewatkan setiap tahapan proses dengan sungut-sungut, kebencian dan pemberontakan, karena jika demikian berarti anda kalah dan kehilangan satu pelajaran berharga.
Pada saatnya nanti, ketika Tuhan memandang bahwa anda sudah layak naik ke jenjang yang lebih tinggi, maka tak ada seorang pun yang dapat menghalangi. Juga tak ada seorang pun yang berkuasa merendahkan ketika Tuhan berkehendak mengangkat anda. Sebab itu jadilah taat dan rendah hati!
-----
Doa:
Tuhan, beriku kesabaran untuk menjalani setiap proses dalam hidupku. Terima kasih untuk orang-orang yang Engkau pakai untuk membentukku.
Kata-kata bijak:
Ketika ada orang yang membuat anda jengkel, sesungguhnya anda sedang dalam pembentukan Tuhan.
* * *
Sumber: Manna Sorgawi, 27 Maret 2010 (diedit seperlunya)
Di-online-kan oleh Paulus Herlambang.
=======
27 Maret 2010
09 Maret 2010
Jangan Lewatkan Kesempatan-kesempatan Kecil
Di pinggir sebuah hutan, tinggallah seorang pemburu dengan istrinya. Sementara itu, anak satu-satunya yang sudah menginjak remaja tinggal di kota bersama pamannya untuk bersekolah.
Suatu hari si pemburu mendengar berita bahwa hari Minggu anaknya akan pulang membawa serta lima orang temannya.
“Wah, besok aku harus berburu rusa di hutan supaya anakku dan teman-temannya bisa makan daging rusa sepuasnya, bahkan bisa membawa tanduk rusa itu untuk diperlihatkan kepada orang-orang kota,” demikian pikir si pemburu.
Sabtu pagi, si pemburu berangkat ke hutan dengan membawa panah dan tombak. Dalam perjalanan, dia terus berharap bisa membawa hasil buruan yang diinginkannya, yaitu seekor rusa. Dia tidak membawa anjing pelacak atau jaring penjerat. Cara berburunya adalah dengan menunggu di balik sebatang pohon yang memang sering dilalui oleh binatang-binatang buruan.
Sesampainya di tengah hutan, dia mulai mempraktikkan cara berburu yang sederhana itu. Tidak lama dia menunggu, seekor kelelawar besar kesiangan terbang hinggap di atas pohon kecil tepat di depannya. Sebenarnya dengan satu kali ayunan tombaknya, dia pasti bisa mendapatkan kelelawar tersebut. Tetapi si pemburu berkata, “Untuk apa merepotkan diri dengan seekor kelelawar? Apa artinya dibanding dengan seekor rusa besar?”
Tidak lama setelah itu, seekor kelinci pun lewat. Kelinci itu sempat berhenti di depannya. Sekali lagi si pemburu mengabaikannya, “Hanya seekor kelinci.” Demikian juga ketika ada seekor kancil. Bahkan ketika ada seekor kambing hutan, si pemburu pun berkata, “Ah, kambing, tanduknya tidak indah. Biarkan saja.”
Lama si pemburu menunggu datangnya rusa yang dia inginkan, tetapi tak kunjung datang. Lima jam dia sudah menanti. Karena kelelahan, si pemburu pun tertidur. Menjelang sore, seekor rusa yang ditunggu akhirnya datang juga. Tetapi si pemburu belum juga bangun dari tidurnya.
Dia baru sadar ketika merasakan injakan kaki rusa dan spontan berteriak, “Rusa!” Maka rusa itu pun langsung lari sebelum si pemburu sempat membidikkan tombak atau panahnya. Akhirnya si pemburu pulang tanpa membawa hasil apa-apa.
Mempunyai angan-angan yang tinggi tidaklah salah, tetapi untuk mencapainya tetap harus melalui perjuangan. Sering kali kita melewatkan kesempatan-kesempatan kecil yang berguna sebagai latihan untuk mencapai hal yang lebih besar.
Untuk itu, mari kita gunakan setiap kesempatan yang ada untuk menunjang kesuksesan pencapaian cita-cita kita. Jangan enggan belajar, karena keberhasilan yang sejati tidak ada yang instan.
* * *
Sumber: Manna Sorgawi, 9 Maret 2010 (diedit seperlunya)
Di-online-kan oleh Paulus Herlambang.
=======
Suatu hari si pemburu mendengar berita bahwa hari Minggu anaknya akan pulang membawa serta lima orang temannya.
“Wah, besok aku harus berburu rusa di hutan supaya anakku dan teman-temannya bisa makan daging rusa sepuasnya, bahkan bisa membawa tanduk rusa itu untuk diperlihatkan kepada orang-orang kota,” demikian pikir si pemburu.
Sabtu pagi, si pemburu berangkat ke hutan dengan membawa panah dan tombak. Dalam perjalanan, dia terus berharap bisa membawa hasil buruan yang diinginkannya, yaitu seekor rusa. Dia tidak membawa anjing pelacak atau jaring penjerat. Cara berburunya adalah dengan menunggu di balik sebatang pohon yang memang sering dilalui oleh binatang-binatang buruan.
Sesampainya di tengah hutan, dia mulai mempraktikkan cara berburu yang sederhana itu. Tidak lama dia menunggu, seekor kelelawar besar kesiangan terbang hinggap di atas pohon kecil tepat di depannya. Sebenarnya dengan satu kali ayunan tombaknya, dia pasti bisa mendapatkan kelelawar tersebut. Tetapi si pemburu berkata, “Untuk apa merepotkan diri dengan seekor kelelawar? Apa artinya dibanding dengan seekor rusa besar?”
Tidak lama setelah itu, seekor kelinci pun lewat. Kelinci itu sempat berhenti di depannya. Sekali lagi si pemburu mengabaikannya, “Hanya seekor kelinci.” Demikian juga ketika ada seekor kancil. Bahkan ketika ada seekor kambing hutan, si pemburu pun berkata, “Ah, kambing, tanduknya tidak indah. Biarkan saja.”
Lama si pemburu menunggu datangnya rusa yang dia inginkan, tetapi tak kunjung datang. Lima jam dia sudah menanti. Karena kelelahan, si pemburu pun tertidur. Menjelang sore, seekor rusa yang ditunggu akhirnya datang juga. Tetapi si pemburu belum juga bangun dari tidurnya.
Dia baru sadar ketika merasakan injakan kaki rusa dan spontan berteriak, “Rusa!” Maka rusa itu pun langsung lari sebelum si pemburu sempat membidikkan tombak atau panahnya. Akhirnya si pemburu pulang tanpa membawa hasil apa-apa.
Mempunyai angan-angan yang tinggi tidaklah salah, tetapi untuk mencapainya tetap harus melalui perjuangan. Sering kali kita melewatkan kesempatan-kesempatan kecil yang berguna sebagai latihan untuk mencapai hal yang lebih besar.
Untuk itu, mari kita gunakan setiap kesempatan yang ada untuk menunjang kesuksesan pencapaian cita-cita kita. Jangan enggan belajar, karena keberhasilan yang sejati tidak ada yang instan.
* * *
Sumber: Manna Sorgawi, 9 Maret 2010 (diedit seperlunya)
Di-online-kan oleh Paulus Herlambang.
=======
Langganan:
Postingan (Atom)