12 Desember 2009

Odong-odong

Pada akhir dasawarsa 1980-an pemerintah DKI Jakarta menetapkan bahwa becak tidak boleh lagi beroperasi di Jakarta. Tentu saja banyak orang yang “menjerit kesakitan”, terutama mereka yang pekerjaannya menarik becak dan juga keluarga mereka.

Sekalipun banyak menuai protes di sana-sini, tetapi ketetapan itu tidak pernah diubah hingga saat ini. Bagi sebagian orang, situasi ini bagai “mengubur hidup-hidup” diri mereka. Tetapi bagi sebagian yang lain tidaklah demikian. Mereka adalah orang-orang yang mampu berpikir kreatif.

Pelarangan becak beroperasi di Jakarta tidak membuat mereka putus asa. Daripada menjadi besi tua, mereka memodifikasi becak menjadi sarana bermain bagi anak-anak.

Odong-odong, begitulah orang menyebut sarana bermain anak-anak ini. Tempat duduk penumpangnya dirombak sedemikian rupa dengan diganti empat buah tempat duduk untuk anak-anak. Tempat duduk itu bisa berbentuk motor-motoran, mobil-mobilan, ayam jago, bebek, kuda, dan pesawat.

Setiap tempat duduk itu di bagian bawahnya ada semacam poros yang terhubung dengan roda gigi yang digerakkan oleh rantai yang terhubung dengan pedal. Dengan demikian tempat duduk tersebut dapat bergoyang perlahan naik turun seiring kayuhan si tukang odong-odong.

Ada juga yang memodifikasi tempat duduk itu menjadi semacam kincir di mana pada kincir itu juga ada empat tempat duduk anak-anak.

Sarana ini juga dilengkapi dengan tape recorder yang melantunkan lagu anak-anak. Jika satu durasi lagu selesai, maka permainan juga selesai. Ongkos satu putaran biasanya 500-1000 rupiah.

Bentuk permainan ini mirip dengan permainan di tempat wisata, pusat perbelanjaan, atau mal. Oleh sebab itu, banyak orangtua yang kurang mampu sangat menyenangi permainan ini karena tidak harus mengeluarkan uang banyak untuk menyenangkan anak-anaknya.

Kini odong-odong tidak hanya ada di Jakarta, tetapi juga di berbagai kota lainnya seperti Semarang, Yogyakarta, Lampung, Medan, Padang, Palembang, Balikpapan, bahkan Manado. Sungguh menjanjikan bisnis odong-odong ini.

Dari sini kita belajar bahwa sesungguhnya orang yang berpikir kreatif akan melihat peluang di tengah kesulitan. Sering kali kita kalah ketika menghadapi kesulitan. Lalu hidup kita diliputi kekhawatiran dan ketakutan. Padahal, sesungguhnya Tuhan sudah memberi jawaban atas kesulitan tersebut dan jawaban itu ada di sekitar kita.

Jangan meratapi nasib. Marilah kita kembangkan pikiran kreatif kita. Kita dapat menelurkan suatu ide baru yang bisa menghasilkan uang.

Doa:
Berikan pencerahan di dalam pikiranku ya Tuhan, sehingga aku sanggup berpikir kreatif untuk mengatasi segala kesulitan yang aku hadapi.

Kata-kata bijak:
Pikiran kreatif bagaikan mata burung elang yang dapat melihat mangsanya, sekalipun berada di balik rerumputan.

* * *

Sumber: Manna Sorgawi, 12 Desember 2009 (diedit seperlunya)

Di-online-kan oleh Paulus Herlambang.

=======

Artikel Terbaru Blog Ini